Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya


Senin, 29 September 2014

Gerakan Pemuda Masa Pergerakan Nasional Munculnya elit gres di kalangan kaum muda terpelajar, memunculkan pahaman gres di kalangan mereka. Kalangan elit gres itu lebih cenderung menentukan pekerjaan sebagai guru, penerjemah, dokter, pengacara, dan wartawan. Munculnya elit gres itu memunculkan pemahaman kebangsaan. Tujuh tahun sehabis didirikannya Budi Utomo, perjaka Indonesia mulai bangun meskipun dalam loyalitas kepulauan. Perubahan pesat dan radikal dari organisasi-organisasi perjaka dikala itu semakin meluas untuk mencapai impian persatuan. Maka pada 30 April – 2 Mei 1926, diadakannya rapat besar perjaka di Jakarta, yang kemudian dikenal dengan Kongres Pemuda Pertama. Kongres itu diketuai oleh M. Tabrani. Tujuan kongres itu ialah untuk mencapai perkumpulan perjaka yang tunggal, yaitu membentuk suatu tubuh sentral dengan maksud memajukan paham persatuan kebangsaan dan mempererat korelasi antara semua perkumpulan-perkumpulan perjaka kebangsaan.
Gagasan-gagasan persatuan dibicarakan dalam kongres itu. Soemarto misalnya, tampil sebagai pembicara dengan topik “Gagasan Persatuan Indonesia”. Bahder Djohan tampil dengan topik “Kedudukan Wanita dalam Masyarakat Indonesia”. Nona Adam yang memberikan gagasannya perihal “Kedudukan Kaum Wanita”. Djaksodipoero berbicara perihal “Rapak Lumuh”. Paul Pinontoan berbicara perihal “Tugas Agama di dalam Pergerakan Nasional”. Muhammad Yamin berbicara perihal “Kemungkinan Perkembangan Bahasa-Bahasa dan Kesusasteraan Indonesia di Masa Mendatang”. Gagasan yang disampaikan oleh Yamin dalam kongres itu merupakan pengulangan dari pidatonya yang disampaikan dalam Lustrum I Jong Sumatranen Bond. Saat itu pidato Yamin menerima komentar dari Prof. Dr. Hooykes, bahwa kelak Yamin menjadi pencetus bagi usaha penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar dan pergaulan di Indonesia, dan bahasa Belanda akan terdesak oleh karenanya.
Keputusan fundamental dari Kongres Pemuda I ialah kongres mengakui dan mendapatkan impian persatuan Indonesia. meskipun belum dinyatakan dengan jelas. Sebagai tindaklanjut dari kongres itu Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Batas, Sekar Rukun, Vereeniging voor Ambonsche Studeerenden dan Komite Kongres Pemuda I mengadakan pertemuan, pada 15 Agustus 1926. Pertemuan itu belum membawa hasil yang berarti. Kemudian dibentuklah anggaran organisasi gres yang berjulukan Jong Indonesia (Pemuda Indonesia). organisasi gres itu bertujuan untuk menanamkan impian persatuan Indonesia.
Sementara itu untuk menghapus penjajahan yang merugikan rakyat Indonesia dibentuklah Perhimpunan Pelajar Pelajar di Indonesia (PPPI) di Jakarta, September 1926. PPPI bertujuan untuk memperjuangkan Indonesia merdeka. Cita-cita hanya sanggup tercapai jikalau paham kedaerahan dihilangkan dan perselisihan pendapat diantara kaum nasionalis harus dihapuskan. Aktivitas PPPI mencakup gerakan pemuda, sosial, dan politik. Ketua perkumpulan itu Soegondo Djojopoepito, tokoh-tokoh lainnya ialah Muh. Yamin, Abdullah Sigit, Suwiryo, Sumitro Reksodiputro, A.K. Gani, Tamzil, Sunarko, Amir Syarifuddin, dan Sumanang. Perhimpunan itu sering berkumpul di Indonesische Clubgebouw yang terletak di Jl. Kramat No 106, Weltevreden. Mereka memiliki korelasi antaranggota yang sangat akrab dan tidak formal.
Pada 20 Februari 1927, pertemuan dilanjutkan, dalam pertemuan itu membahas perihal fusi antarorganisasi pemuda, akan tetapi kesudahannya belum maksimal. Persoalan kedaerahan masih muncul pada dikala itu. Pada tahun itu pula Jong Java mulai kehilangan tugas dominannya dalam gerakan pemuda. Peran itu kemudian diambil alih oleh PPPI dan Jong Indonesia. Perjuangan perjaka dari tahun 1926-1928 berjalan dengan cepat. Baik dari kalangan muda maupun kalangan bau tanah memandang bahwa sudah waktunya untuk bersatu. Bahkan untuk merapatkan barisan di tanah Hindia, para pelajar yang terhimpun dalam Perhimpunan Indonesia kembali ke tanah air. Diantara mereka ialah Sartono, Moh. Nazif, dan Mononutu. Selama dua tahun itulah para perjaka mengadakan pertemuan secara intensif di Indonesische Clubgebouw.
Untuk mempersiapkan rapat tersebut, PPPI mengambil langkah untuk membentuk panitia rapat perjaka dengan program mengadakan rapat-rapat terbuka yang diisi dengan ceramah yang menganjurkan dan menguatkan perasaan persatuan. Pada Juni 1928, panitia kongres dibentuk. Ketua kongres dipilih Soegoendo Djojopoespito dari PPPI, Wakil Ketua Djoko Marsaid dari Jong Java, dan Sekretaris Muh. Yamin dari Sumatranen Bond. Pada 28 Oktober 1928, Kongres Pemuda II dilaksanakan di gedung Indonesische Clubgebouw. Saat itu kongres dihadir sekitar 1000 orang. Dalam kesempatan itu Muh. Yamin memberikan pidatonya dengan judul “Dari Hal Persatoean dan Kebangsaan Indonesia”. Pada hari kedua kongres dibicarakan perihal masalah-masalah pendidikan, pembicara dikala itu antara lain Ki Hadjar Dewantara, S. Mangoensarkoro, Djokosarwono, Ramelan, Mr. Soenario, dan Poernomowoelan.
Dalam rapat-rapat di PPPI, Yamin selalu menentang ide fusi dari perkumpulan yang ada. Sebagai perjaka Sumatera Yamin berkeinginan untuk menentukan federasi dari perkumpulan-perkumpulan yang ada. Keinginannya itu lebih cenderung supaya perkumpulan lebih bebas bergerak. Namun dikala Kongres Pemuda berlangsung, Yamin berubah pikiran, ketika itu Mr. Soenario sedang berpidato. Sebagai sekretaris, ia memberi resolusi dalam rapat itu, yaitu menjunjung tinggi persatuan dan perkumpulan perjaka yang ada. Adapun isi putusan tersebut adalah:
..........Kerapatan laloe mengambil kepoetoesan :
  • Pertama: Kami Poetera dan Poeteri Indonesia mengakoe bertoempaah darah yang satoe, tanah Indonesia;
  • Kedoea: Kami Poetera dan Poeteri Indonesia mengakoe berbangsa yang satoe bangsa Indonesia;
  • Ketiga: Kami Poetera dan Poeteri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
Keputusan pemuda-pemudi itu kemudian dikenal dengan Sumpah Pemuda, pada dikala itu pula dikumandangkannya lagu Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Supratman dan bendera Merah Putih dipakai sebagai bendera Pusaka Bangsa Indonesia Peristiwa Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928 itu merupakan puncak pergerakan nasional. Karena itulah kita memperingatinya sebagai tragedi bersejarah yang diperingati setiap tahun hingga dikala ini sebagai hari besar nasional. Putusan kongres itu menjiwa setiap perkumpulan perjaka di Indonesia di kemudian hari. Selanjutnya organisasi-organisasi perjaka itu mengadakan persiapan-persiapan untuk mengadakan fusi. Jong Java sebagai organisasi terbesar dan tertua waktu itu, menyetujui ide fusi itu dalam Kongres ke-11, tanggal 25-29 Desember 1928 di Yogyakarta. Sebagai kelanjutan kongres itu Jong Java membubarkan diri dan bergabung dengan Indonesia Muda. Komisi Besar Indonesia Muda kemudian menyelenggarakan kongres untuk mendirikan tubuh fusi yang berjulukan Indonesia Muda di Gedung Habiprojo Surakarta yang diselenggarakan pada tanggal 28 Desember hingga 2 Januari 1931. Saat terbentuknya Indonesia Muda memiliki 25 cabang di seluruh Indonesia, empat di Sumatera, 21 di Sulawesi. Yong Islamieten Bond dan Pemuda Muslimin alasannya ialah suatu alasan tidak ikut bergabung dalam organisasi adonan itu.
Dengan berdirinya Indonesia Muda secara otomatis perkumpulan Jong Java, Jong Celebes, Perhimpunan Indonesia, dan Pemuda Sumatera membubarkan diri. Tampuk pimpinan Indonesia Muda kemudian diserahkan kepada Pedoman Besar Indonesia Muda. Tokoh-tokoh yang menandatangani deklarasi Indonesia Muda itu ialah Kuncara Purbopranoto, Muhammad Yamin, Jusupadi, Sjahrial, Assat, Suwadji Prawirohardjo, Adnan Gani, Tamzil, Sujadi, dan Pantouw.
Indonesia Muda bertujuan membangun dan mempertahankan keinsyafan antara anak bangsa yang bertanah air satu supaya tercapai Indonesia Raya. Untuk mewujudkan tujuan itu dikembangkan perilaku saling menghargai dan memelihara persatuan semua anak Indonesia, dengan mengadakan kursus-kursus untuk memberantas buta huruf, memajukan olah raga, dan lain sebaginya. Berdirinya Indonesia Muda itu menunjukkan ide kepada tokoh-tokoh perjaka lain untuk mendirikan usaha yang lebih luas. Perjuangan tidak saja menuntut hak-hak sosial, tetapi juga menuntut suatu kemerdekaan bagi Indonesia Merdeka. Di samping itu Volksraad yang sudah didirikan oleh pemerintah Belanda (1918) kemudian dipakai oleh perjaka Indonesia yang tergabung didalamnya untuk membela kepentingan rakyat Indonesia.
Diadakannya Kongres Pemuda II yang kemudian melahirkan Sumpah Pemuda tersebut nampaknya ikut semakin menyemangati usaha organisasi pergerakan perempuan di Indonesia. Se-ide dengan pelaksanaan Kongres Pemuda II itu kemudian organisasi-organisasi perempuan yang telah berkembang di banyak sekali kawasan di Indonsia itu mengadakan Kongres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928, di Pendopo Joyodipuro, Yogyakarta, yang dipimpin oleh Ny. R.A. Sukanto. Kongres itu diprakarsai oleh Ny. Sukoto, Nyi Hajar Dewantara, dan Nn. Suyatin. Kongres itu bertujuan untuk menjalin persatuan di antara perkumpulan wanita, dan memajukan wanita. Dalam Kongres Perempuan Indonesia I itu dihadiri oleh 30 organisasi wanita. Kongres Perempuan Indonesia I itu merupakan bab penting bagi Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia. Untuk mengenang sejarah kongres perempuan maka pada tanggal 22 Dsember diperingati sebagai Hari Ibu di Indonesia. Pada perkembangan selanjutnya organisasi itu berubah nama sebagai Perserikatan Perhimpunan Istri Indonesia (PPPI). Perjuangan organisasi itu semakin berpengaruh dengan didirikannya Isteri Sedar dan Istri Indonesia. Isteri Sedar didirikan oleh Suwarni Pringgodigdo (1930), di Bandung. Organisasi itu bertujuan meningkatkan kesadaran perempuan Indonesia untuk memperkokoh impian Indonesia Merdeka. Organisasi ini sejalan dengan PNI, yang menolak poligami. Selanjutnya Istri Indonesia didirikan 1932. Organisasi itu didirikan menurut nasionalisme dan demokrasi. Tujuan Istri Indonesia ialah mencapai Indonesia Raya dan bersikap kooperatif terhadap pemerintah Belanda. tokoh-tokoh organisasi itu ialah Ny. Sunaryo Mangunpuspito dan Maria Ulfah Santoso. Kongres Perempuan I dan juga semakin meningkatnya gerakan organisasi perempuan telah ikut mendorong bagi kemajuan usaha bangsa Indonesia untuk mencapai kejayaan dan kemerdekaan.  Sementara itu gerakan organisasi perjaka terus mengalami kemajuan. Pada 31 Desember 1931, diselenggarakan rapat besar Indonesia Muda. Saat itu Indonesia Muda resmi didirikan diiringi dengan upacara. Selanjutnya setiap cabang secara khusus ditanya kesiapannya untuk mendirikan Indonesia Muda. Tepat pukul 12.00 WIB semua hadirin diminta untuk berdiri dan piagam pendirian Indonesia Muda dibacakan. Pada dikala itu Panji-panji Indonesia Muda berkibar untuk selama-lamanya diiringi suara gamelan, sehabis gamelan berhenti semua perjaka yang hadir menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Pada mulanya perkumpulan Indonesia Muda tidak diperbolehkan terlibat dalam politik. Tekanan pemerintah terhadap larangan berpolitik mendorong anggota Indonesia Muda untuk mendirikan perkumpulan lain. Pada 1931, orang-orang PNI Baru di Malang mendirikan Suluh Pemuda Indonesia yang bercorak Marhaen. Partindo di Yogyakarta mendirikan Persatuan Pemuda Rakyat Indonesia (Perpri). Dari perkumpulan Islam misalnya, berdiri JIB bab keputrian, Pemuda Muslim Indonesia, Pemuda Muhammadiyah, Pemuda Perserikatan Ulama, Pemuda Persatuan Islam, dan Anshor NU. Dari perjaka Katolik misalnya, lahir Persatuan Pergerakan Pemuda Kristen, sementara perjaka Katholik melahirkan Mudo Katholik dari partai politik Suluh Pemuda Indonesia, barisan Pemuda Gerindo, Jajasan Obor Pasundan. Perkumpulan lainnya seperti, Taman Siswa, Persatuan Pemuda Teknik, Persatuan Putri Cirebon, Kebangunan Sulawesi, dan Minangkabau.
Dalam gerakannya para perjaka itu melaksanakan kepanduan. Kepanduan itu berasal dari kepanduan Jong Java, Pemuda Sumatera, dan organisasi perjaka lainnya. Kepanduan itu mengambil azas dari kepanduan dunia, yang berisi perihal menunjukkan pelajaran dalam bentuk segala permainan dan kecakapan pandu, untuk meningkatkan kesehatan para pemuda. Disamping itu juga berdiri kepanduan menurut kebangsaan dan keagamaan, menyerupai Natipy, Hizbul Wathon, Siap, dan Kepanduan Rakyat Indonesia.[ki]