Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya


Selasa, 30 September 2014

Sarekat Islam Pada mulanya SI lahir sebab adanya dorongan dari R.M. Tirtoadisuryo seorang bangsawan, wartawan, dan pedagang dari Solo. Tahun 1909, ia mendirikan perkumpulan dagang yang berjulukan Sarekat Dagang Islam (SDI). Perkumpulan itu bertujuan untuk memperlihatkan dukungan pada para pedagang pribumi biar sanggup bersaing dengan pedagang Cina. Saat itu perdagangan batik mulai dari materi baku dikuasai oleh pedagang Cina, sehingga pedagang batik pribumi semakin terdesak. Kegelisahan Tirtoadisuryo itu diutarakan pada H. Samanhudi. 
Atas dorongan itu H. Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam di Solo (1911). Pada mulanya SI bertujuan untuk kesejahteraan sosial dan persamaan sosial. Mula-mula SI merupakan gerakan sosial ekonomi tanpa menghiraukan problem kolonialisme. Jelaslah bahwa tujuan utama SDI yakni melindungi aktivitas ekonomi pedagang Islam biar sanggup terus bersaing dengan pengusaha Cina. Agama Islam dipakai sebagai faktor pengikat dan penyatu kekuatan pedagang Islam yang dikala itu juga menerima tekanan dan kurang diperhatikan dari pemerintah kolonial. Sebagai perkumpulan dagang SDI lalu berpindah ke Surabaya yang merupakan kota dagang di Indonesia. SDI selanjutnya dipimpin oleh Haji Umar Said Cokroaminoto. Cokroaminoto dikenal sebagai seorang orator yang cakap dan bijak, kemampuannya berorator itu memikat anggota-anggotanya. Di bawah kepemimpinannya diletakkan dasar-dasar gres yang bertujuan untuk memajukan semangat dagang bangsa Indonesia.
Disamping itu SDI juga memajukan rakyat dengan menjalankan hidup sesuaicajarana agama dan menghilangkan paham yang keliru perihal agama Islam. SDI lalu berubah nama menjadi Sarekat Islam (SI) pada tahun 1913. Pada kongres SI yang pertama, tanggal 26 Januari 1913, dalam pidatonya di Kebun Bintang Surabaya, ia menegaskan bahwa tujuan SI yakni menghidupkan jiwa dagang bangsa Indonesia, memperkuat ekonomi pribumi biar bisa bersaing dengan bangsa asing. Usaha di bidang ekonomi itu nampak sekali dengan didirikannya koperasi di Kota Surabaya. Di Surabaya pula bangun PT. Setia Usaha, yang bergerak tidak saja menerbitkan surat kabar “Utusan Hindia”, juga bergerak di bidang penggilingan padi dan perbankan. Usaha itu dimaksudkan untuk membebaskan kehidupan ekonomi dari ketergantungan bangsa asing.
Dalam kurun waktu kurang dari satu tahun, SI sudah memiliki cabang di aneka macam kota. Organisasi itu tumbuh menjadi besar. Kemajuan yang dicapai oleh SI itu dianggap bahaya bagi pemerintah kolonial. Pemerintah lalu mengeluarkan peraturan untuk menghambat laju pertumbuhan SI, yaitu cabang harus bangun sendiri dan terbatas daerahnya. Pemerintah kolonial tidak keberatan SI tempat mengadakan perwakilan yang diurus oleh pengurus sentral. Kemudian dibentuklah Central Sarikat Islam (CSI) yang mengorganisasikan 50 cabang kantor SI daerah.
Ketika pemerintah kolonial mengijinkan berdirinya partai politik, SI yang semula merupakan organisasi nonpolitik bermetamorfosis partai politik. SI mengirimkan wakilnya dalam Volksraad (Dewan Rakyat) dan memegang tugas penting dalam Radicale Concentratie, yaitu adonan perkumpulan yang bersifat radikal. Pemerintah kolonial yang dianggap cenderung kearah kapitalisme mulai ditentang. SI juga aktif mengorganisasi perkumpulan buruh. Dalam suatu pembukaan rapat Volksraad masih terekam dalam ingatan bersama kaum terpelajar bumiputera perihal Janji November (November Beloofte). Dalam pidatonya itu Gubernur Jenderal Hindia Belanda menyampaikan bahwa dalam zaman gres kekerabatan pemerintah colonial dan proses demokratisasi dimulai. Ia juga mengatakan, kalau saatnya kelak Volksraad menjadi dewan rakyat, sebuah forum bagi rakyat Hindia untuk memberikan hasrat untuk merdeka. Namun Volksraad tidak pernah menjadi tubuh rakyat Hindia, Volksraad tetap menjadi alat bagi pemerintah kolonial. Karena kecilnya capaian yang diraih oleh dewan rakyat tersebut, mendorong Cokroaminoto dan Agus Salim untuk mengubah aliran politik SI dari kooperatif ke nonkooperatif dan menolak ikut serta dalam setiap dewan rakyat yang didirikan pemerintah.
Dalam kongres SI tahun 1914, yang diselenggarakan di Yogyakarta Cokroaminoto dipilih sebagai pimpinan SI. Gejala konflik internal mulai kelihatan dan kewibawaan CSI mulai berkurang. Dalam kondisi itu Cokroaminoto tetap mempertahankan keutuhan dengan menyampaikan kecenderungan untuk memisahkan diri dari CSI harus dikutuk. Karena itu perpecahan harus dihindari, persatuan, harus dijaga sebab Islam sebagai unsur penyatu. Dalam kongres tahunan yang diselenggrakan SI pada tahun 1916, Cokroaminoto memberikan dalam pidatonya perlunya pemerintahan sendiri untuk rakyat Indonesia. Pada tahun itu kongres pertama SI yang dihadiri oleh 80 anggota SI lokal dengan anggotanya sebanyak 36.000 orang. Kongres itu merupakan Kongres Nasional sebab SI memiliki keinginan supaya penduduk Indonesia menjadi satu nation atau suku bangsa, dengan kata lain mempersatukan etnis Indonesia menjadi bangsa Indonesia. Cokroaminoto dikenal sebagai seorang politikus dan orator yang cerdas. Seorang cowok yang tinggal indekost di rumahnya tertarik dengan cara berpidatonya. Setiap hari cowok itu sering mengikuti diskusi-diskusi yang diadakan di rumah Cokroaminoto. Dia juga menggandakan cara Cokro berpidato dengan berlatih pidato di balkon rumah Cokro. Kelak cowok itu kita kenal sebagai seorang orator yang cerdas dan menjadi presiden pertama Indonesia, Sukarno.
Sebelum kongres tahunan berikutnya (1917) di Jakarta, muncul aliran revolusioner sosialis ditubuh SI, yang berasal dari SI Semarang yang dipimpin oleh Semaun. Kongres tetap berjalan dan menetapkan bahwa azas usaha SI yakni pemerintahan bangun sendiri dan usaha melawan penjajahan dari kolonialisme. Sejak itu Cokroamitono dan Abdul Muis mewakili SI dalam Dewan Rakyat. SI semakin menerima simpati dari rakyat. Keanggotaannya pun semakin meningkat. Sementara itu efek Semaun semakin menjalar ke tubuh SI. Sejak itulah efek sosial-komunis masuk ke dalam tubuh SI pusat maupun cabang-cabangnya. Sebagai organisasi besar SI telah disusupi oleh orang-orang yang menjadi anggota Indische Sociaal Democratische Vereninging (ISDV), menyerupai Semaun dan Darsono. Pada kongres SI kelima tahun 1921, Semaun melancarkan kritik terhadap kebijakan SI Pusat sehingga timbul perpecahan. Di satu pihak aliran yang diinginkan SI yakni ekonomi dogmatis yang diwakili oleh Semaun, yang lalu dikenal dengan SI Merah beraliran komunis. Di sisi lain, SI menginginkan aliran nasional keagamaan yang diwakili oleh Cokroaminoto, yang lalu dikenal dengan SI Putih. Rupanya tanda-tanda usaha dua aliran itu tidak sanggup dipersatukan. Agus Salim dan Abdul Muis mendesak biar ditetapkan disiplin partai yang melarang keanggotaan rangkap. Usulan itu sangat mengkhawatirkan Partai Komunis Indonesia (PKI). Oleh sebab itu, Tan Malaka meminta displin partai diadakan perkecualian bagi PKI. Namun demikian, disiplin partai sanggup diterima oleh kongres dengan bunyi mayoritas. Konsekuensi dari itu Semaun dikeluarkan dari SI, sebab dilarang rangkap anggota. Dengan demikian, langkah pertama dari efek PKI ke dalam tubuh SI telah sanggup diatasi.
Sementara itu dalam kongres di Madiun 1923, Central Sarekat Islam (CSI) diganti menjadi Partai Sarekat Islam (PSI), dan memberlakukan disiplin partai. Di lain pihak, SI yang menerima efek PKI menyatakan diri bernaung dalam Sarekat Rakyat yang merupakan bentukan PKI. Azas usaha PSI yakni nonkooperasi artinya oraganisasi itu tidak mau berafiliasi dengan pemerintah kolonial. Namun organisasi itu mengijinkan anggotanya duduk di dalam Dewan Rakyat atas nama pribadi. Kongres PSI tahun 1927 menegaskan azas usaha organisasi itu yakni mencapai kemerdekaan nasional menurut agama Islam. Karena PSI menggabungkan diri dalam Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI), nama PSI ditambah dengan Indonesia untuk memperlihatkan usaha kebangsaan. Selanjutnya organisasi itu berjulukan Partai Sarikat Islam Indonesia (1927). Maka muncullah efek positif bagi perkembangan nasionalisme PSI. Perubahan nama itu berkaitan dengan kehadiran Sukiman yang gres tiba dari Belanda. Dalam konggres Pemuda tahun 1928, PSII aktif mengambil pecahan dalam PPPKI. Banyaknya anggota muda dalam PSII membawa perbedaan paham antara golongan muda dengan golongan tua. Pada 1932, timbulah perpecahan dalam tubuh organisasi itu. Muncullah Partai Islam Indonesia (PARII) dibawah Dr. Sukiman yang berpusat di Yogyakarta. Agus Salim dan A.M. Sangaji mendirikan Barisan Penyedar yang berusaha menyadarkan diri sesuai dengan tuntutan zaman. Persatuan dalam PSII tak sanggup dipertahankan lagi, Sukiman lalu memisahkan diri yang diikuti oleh Wiwoho, Kasman Singodimedjo dll. Pada tahun 1940, Sekar Maji Kartosiwiryo mendirikan PSII tandingan terhadap PSII yang dipimpin Abikusno Cokrosuyoso. Akibat perpecahan itu PSII mengalami kemunduran. Peranannya sebagai Partai Islam lalu dilanjutkan oleh Partai Islam Indonesia yang merupakan lanjutan dari PARII di bawah pimpinan Dr. Sukiman.[ki]

Senin, 29 September 2014

Gerakan Pemuda Masa Pergerakan Nasional Munculnya elit gres di kalangan kaum muda terpelajar, memunculkan pahaman gres di kalangan mereka. Kalangan elit gres itu lebih cenderung menentukan pekerjaan sebagai guru, penerjemah, dokter, pengacara, dan wartawan. Munculnya elit gres itu memunculkan pemahaman kebangsaan. Tujuh tahun sehabis didirikannya Budi Utomo, perjaka Indonesia mulai bangun meskipun dalam loyalitas kepulauan. Perubahan pesat dan radikal dari organisasi-organisasi perjaka dikala itu semakin meluas untuk mencapai impian persatuan. Maka pada 30 April – 2 Mei 1926, diadakannya rapat besar perjaka di Jakarta, yang kemudian dikenal dengan Kongres Pemuda Pertama. Kongres itu diketuai oleh M. Tabrani. Tujuan kongres itu ialah untuk mencapai perkumpulan perjaka yang tunggal, yaitu membentuk suatu tubuh sentral dengan maksud memajukan paham persatuan kebangsaan dan mempererat korelasi antara semua perkumpulan-perkumpulan perjaka kebangsaan.
Gagasan-gagasan persatuan dibicarakan dalam kongres itu. Soemarto misalnya, tampil sebagai pembicara dengan topik “Gagasan Persatuan Indonesia”. Bahder Djohan tampil dengan topik “Kedudukan Wanita dalam Masyarakat Indonesia”. Nona Adam yang memberikan gagasannya perihal “Kedudukan Kaum Wanita”. Djaksodipoero berbicara perihal “Rapak Lumuh”. Paul Pinontoan berbicara perihal “Tugas Agama di dalam Pergerakan Nasional”. Muhammad Yamin berbicara perihal “Kemungkinan Perkembangan Bahasa-Bahasa dan Kesusasteraan Indonesia di Masa Mendatang”. Gagasan yang disampaikan oleh Yamin dalam kongres itu merupakan pengulangan dari pidatonya yang disampaikan dalam Lustrum I Jong Sumatranen Bond. Saat itu pidato Yamin menerima komentar dari Prof. Dr. Hooykes, bahwa kelak Yamin menjadi pencetus bagi usaha penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar dan pergaulan di Indonesia, dan bahasa Belanda akan terdesak oleh karenanya.
Keputusan fundamental dari Kongres Pemuda I ialah kongres mengakui dan mendapatkan impian persatuan Indonesia. meskipun belum dinyatakan dengan jelas. Sebagai tindaklanjut dari kongres itu Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Batas, Sekar Rukun, Vereeniging voor Ambonsche Studeerenden dan Komite Kongres Pemuda I mengadakan pertemuan, pada 15 Agustus 1926. Pertemuan itu belum membawa hasil yang berarti. Kemudian dibentuklah anggaran organisasi gres yang berjulukan Jong Indonesia (Pemuda Indonesia). organisasi gres itu bertujuan untuk menanamkan impian persatuan Indonesia.
Sementara itu untuk menghapus penjajahan yang merugikan rakyat Indonesia dibentuklah Perhimpunan Pelajar Pelajar di Indonesia (PPPI) di Jakarta, September 1926. PPPI bertujuan untuk memperjuangkan Indonesia merdeka. Cita-cita hanya sanggup tercapai jikalau paham kedaerahan dihilangkan dan perselisihan pendapat diantara kaum nasionalis harus dihapuskan. Aktivitas PPPI mencakup gerakan pemuda, sosial, dan politik. Ketua perkumpulan itu Soegondo Djojopoepito, tokoh-tokoh lainnya ialah Muh. Yamin, Abdullah Sigit, Suwiryo, Sumitro Reksodiputro, A.K. Gani, Tamzil, Sunarko, Amir Syarifuddin, dan Sumanang. Perhimpunan itu sering berkumpul di Indonesische Clubgebouw yang terletak di Jl. Kramat No 106, Weltevreden. Mereka memiliki korelasi antaranggota yang sangat akrab dan tidak formal.
Pada 20 Februari 1927, pertemuan dilanjutkan, dalam pertemuan itu membahas perihal fusi antarorganisasi pemuda, akan tetapi kesudahannya belum maksimal. Persoalan kedaerahan masih muncul pada dikala itu. Pada tahun itu pula Jong Java mulai kehilangan tugas dominannya dalam gerakan pemuda. Peran itu kemudian diambil alih oleh PPPI dan Jong Indonesia. Perjuangan perjaka dari tahun 1926-1928 berjalan dengan cepat. Baik dari kalangan muda maupun kalangan bau tanah memandang bahwa sudah waktunya untuk bersatu. Bahkan untuk merapatkan barisan di tanah Hindia, para pelajar yang terhimpun dalam Perhimpunan Indonesia kembali ke tanah air. Diantara mereka ialah Sartono, Moh. Nazif, dan Mononutu. Selama dua tahun itulah para perjaka mengadakan pertemuan secara intensif di Indonesische Clubgebouw.
Untuk mempersiapkan rapat tersebut, PPPI mengambil langkah untuk membentuk panitia rapat perjaka dengan program mengadakan rapat-rapat terbuka yang diisi dengan ceramah yang menganjurkan dan menguatkan perasaan persatuan. Pada Juni 1928, panitia kongres dibentuk. Ketua kongres dipilih Soegoendo Djojopoespito dari PPPI, Wakil Ketua Djoko Marsaid dari Jong Java, dan Sekretaris Muh. Yamin dari Sumatranen Bond. Pada 28 Oktober 1928, Kongres Pemuda II dilaksanakan di gedung Indonesische Clubgebouw. Saat itu kongres dihadir sekitar 1000 orang. Dalam kesempatan itu Muh. Yamin memberikan pidatonya dengan judul “Dari Hal Persatoean dan Kebangsaan Indonesia”. Pada hari kedua kongres dibicarakan perihal masalah-masalah pendidikan, pembicara dikala itu antara lain Ki Hadjar Dewantara, S. Mangoensarkoro, Djokosarwono, Ramelan, Mr. Soenario, dan Poernomowoelan.
Dalam rapat-rapat di PPPI, Yamin selalu menentang ide fusi dari perkumpulan yang ada. Sebagai perjaka Sumatera Yamin berkeinginan untuk menentukan federasi dari perkumpulan-perkumpulan yang ada. Keinginannya itu lebih cenderung supaya perkumpulan lebih bebas bergerak. Namun dikala Kongres Pemuda berlangsung, Yamin berubah pikiran, ketika itu Mr. Soenario sedang berpidato. Sebagai sekretaris, ia memberi resolusi dalam rapat itu, yaitu menjunjung tinggi persatuan dan perkumpulan perjaka yang ada. Adapun isi putusan tersebut adalah:
..........Kerapatan laloe mengambil kepoetoesan :
  • Pertama: Kami Poetera dan Poeteri Indonesia mengakoe bertoempaah darah yang satoe, tanah Indonesia;
  • Kedoea: Kami Poetera dan Poeteri Indonesia mengakoe berbangsa yang satoe bangsa Indonesia;
  • Ketiga: Kami Poetera dan Poeteri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
Keputusan pemuda-pemudi itu kemudian dikenal dengan Sumpah Pemuda, pada dikala itu pula dikumandangkannya lagu Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Supratman dan bendera Merah Putih dipakai sebagai bendera Pusaka Bangsa Indonesia Peristiwa Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928 itu merupakan puncak pergerakan nasional. Karena itulah kita memperingatinya sebagai tragedi bersejarah yang diperingati setiap tahun hingga dikala ini sebagai hari besar nasional. Putusan kongres itu menjiwa setiap perkumpulan perjaka di Indonesia di kemudian hari. Selanjutnya organisasi-organisasi perjaka itu mengadakan persiapan-persiapan untuk mengadakan fusi. Jong Java sebagai organisasi terbesar dan tertua waktu itu, menyetujui ide fusi itu dalam Kongres ke-11, tanggal 25-29 Desember 1928 di Yogyakarta. Sebagai kelanjutan kongres itu Jong Java membubarkan diri dan bergabung dengan Indonesia Muda. Komisi Besar Indonesia Muda kemudian menyelenggarakan kongres untuk mendirikan tubuh fusi yang berjulukan Indonesia Muda di Gedung Habiprojo Surakarta yang diselenggarakan pada tanggal 28 Desember hingga 2 Januari 1931. Saat terbentuknya Indonesia Muda memiliki 25 cabang di seluruh Indonesia, empat di Sumatera, 21 di Sulawesi. Yong Islamieten Bond dan Pemuda Muslimin alasannya ialah suatu alasan tidak ikut bergabung dalam organisasi adonan itu.
Dengan berdirinya Indonesia Muda secara otomatis perkumpulan Jong Java, Jong Celebes, Perhimpunan Indonesia, dan Pemuda Sumatera membubarkan diri. Tampuk pimpinan Indonesia Muda kemudian diserahkan kepada Pedoman Besar Indonesia Muda. Tokoh-tokoh yang menandatangani deklarasi Indonesia Muda itu ialah Kuncara Purbopranoto, Muhammad Yamin, Jusupadi, Sjahrial, Assat, Suwadji Prawirohardjo, Adnan Gani, Tamzil, Sujadi, dan Pantouw.
Indonesia Muda bertujuan membangun dan mempertahankan keinsyafan antara anak bangsa yang bertanah air satu supaya tercapai Indonesia Raya. Untuk mewujudkan tujuan itu dikembangkan perilaku saling menghargai dan memelihara persatuan semua anak Indonesia, dengan mengadakan kursus-kursus untuk memberantas buta huruf, memajukan olah raga, dan lain sebaginya. Berdirinya Indonesia Muda itu menunjukkan ide kepada tokoh-tokoh perjaka lain untuk mendirikan usaha yang lebih luas. Perjuangan tidak saja menuntut hak-hak sosial, tetapi juga menuntut suatu kemerdekaan bagi Indonesia Merdeka. Di samping itu Volksraad yang sudah didirikan oleh pemerintah Belanda (1918) kemudian dipakai oleh perjaka Indonesia yang tergabung didalamnya untuk membela kepentingan rakyat Indonesia.
Diadakannya Kongres Pemuda II yang kemudian melahirkan Sumpah Pemuda tersebut nampaknya ikut semakin menyemangati usaha organisasi pergerakan perempuan di Indonesia. Se-ide dengan pelaksanaan Kongres Pemuda II itu kemudian organisasi-organisasi perempuan yang telah berkembang di banyak sekali kawasan di Indonsia itu mengadakan Kongres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928, di Pendopo Joyodipuro, Yogyakarta, yang dipimpin oleh Ny. R.A. Sukanto. Kongres itu diprakarsai oleh Ny. Sukoto, Nyi Hajar Dewantara, dan Nn. Suyatin. Kongres itu bertujuan untuk menjalin persatuan di antara perkumpulan wanita, dan memajukan wanita. Dalam Kongres Perempuan Indonesia I itu dihadiri oleh 30 organisasi wanita. Kongres Perempuan Indonesia I itu merupakan bab penting bagi Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia. Untuk mengenang sejarah kongres perempuan maka pada tanggal 22 Dsember diperingati sebagai Hari Ibu di Indonesia. Pada perkembangan selanjutnya organisasi itu berubah nama sebagai Perserikatan Perhimpunan Istri Indonesia (PPPI). Perjuangan organisasi itu semakin berpengaruh dengan didirikannya Isteri Sedar dan Istri Indonesia. Isteri Sedar didirikan oleh Suwarni Pringgodigdo (1930), di Bandung. Organisasi itu bertujuan meningkatkan kesadaran perempuan Indonesia untuk memperkokoh impian Indonesia Merdeka. Organisasi ini sejalan dengan PNI, yang menolak poligami. Selanjutnya Istri Indonesia didirikan 1932. Organisasi itu didirikan menurut nasionalisme dan demokrasi. Tujuan Istri Indonesia ialah mencapai Indonesia Raya dan bersikap kooperatif terhadap pemerintah Belanda. tokoh-tokoh organisasi itu ialah Ny. Sunaryo Mangunpuspito dan Maria Ulfah Santoso. Kongres Perempuan I dan juga semakin meningkatnya gerakan organisasi perempuan telah ikut mendorong bagi kemajuan usaha bangsa Indonesia untuk mencapai kejayaan dan kemerdekaan.  Sementara itu gerakan organisasi perjaka terus mengalami kemajuan. Pada 31 Desember 1931, diselenggarakan rapat besar Indonesia Muda. Saat itu Indonesia Muda resmi didirikan diiringi dengan upacara. Selanjutnya setiap cabang secara khusus ditanya kesiapannya untuk mendirikan Indonesia Muda. Tepat pukul 12.00 WIB semua hadirin diminta untuk berdiri dan piagam pendirian Indonesia Muda dibacakan. Pada dikala itu Panji-panji Indonesia Muda berkibar untuk selama-lamanya diiringi suara gamelan, sehabis gamelan berhenti semua perjaka yang hadir menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Pada mulanya perkumpulan Indonesia Muda tidak diperbolehkan terlibat dalam politik. Tekanan pemerintah terhadap larangan berpolitik mendorong anggota Indonesia Muda untuk mendirikan perkumpulan lain. Pada 1931, orang-orang PNI Baru di Malang mendirikan Suluh Pemuda Indonesia yang bercorak Marhaen. Partindo di Yogyakarta mendirikan Persatuan Pemuda Rakyat Indonesia (Perpri). Dari perkumpulan Islam misalnya, berdiri JIB bab keputrian, Pemuda Muslim Indonesia, Pemuda Muhammadiyah, Pemuda Perserikatan Ulama, Pemuda Persatuan Islam, dan Anshor NU. Dari perjaka Katolik misalnya, lahir Persatuan Pergerakan Pemuda Kristen, sementara perjaka Katholik melahirkan Mudo Katholik dari partai politik Suluh Pemuda Indonesia, barisan Pemuda Gerindo, Jajasan Obor Pasundan. Perkumpulan lainnya seperti, Taman Siswa, Persatuan Pemuda Teknik, Persatuan Putri Cirebon, Kebangunan Sulawesi, dan Minangkabau.
Dalam gerakannya para perjaka itu melaksanakan kepanduan. Kepanduan itu berasal dari kepanduan Jong Java, Pemuda Sumatera, dan organisasi perjaka lainnya. Kepanduan itu mengambil azas dari kepanduan dunia, yang berisi perihal menunjukkan pelajaran dalam bentuk segala permainan dan kecakapan pandu, untuk meningkatkan kesehatan para pemuda. Disamping itu juga berdiri kepanduan menurut kebangsaan dan keagamaan, menyerupai Natipy, Hizbul Wathon, Siap, dan Kepanduan Rakyat Indonesia.[ki]

Kamis, 18 September 2014

Perang Pattimura Maluku dengan rempah-rempahnya memang bagaikan “mutiara dari timur”, yang senantiasa diburu oleh orang-orang Barat. Namun kekuasaan orangorang Barat telah merusak tata ekonomi dan pola perdagangan bebas yang telah usang berkembang di Nusantara. Pada masa pemerintahan Inggris di bawah Raffles keadaan Maluku relatif lebih hening alasannya yakni Inggris bersedia membayar hasil bumi rakyat Maluku. Kegiatan kerja rodi mulai dikurangi. Bahkan para pemuda
Maluku juga diberi kesempatan untuk bekerja pada dinas angkatan perang Inggris. Tetapi pada masa pernerintahan kolonial Hindia Belanda, keadaan kembali berubah. Kegiatan monopoli di Maluku kembali diperketat. Dengan demikian beban rakyat semakin berat. Sebab selain penyerahan wajib, masih juga harus dikenai kewajiban kerja paksa, penyerahan ikan asin, dendeng, dan kopi. Kalau ada penduduk yang melanggar akan ditindak tegas. Ditambah lagi terdengar desas desus bahwa para guru akan diberhentikan untuk penghematan, para cowok akan di kumpulkan untuk dijadikan tentara di luar Maluku, ditambah dengan perilaku angkuh Residen Saparua. Hal ini sangat mengecewakan rakyat Maluku.
Menanggapi kondisi yang demikian para tokoh dan cowok Maluku melaksanakan serangkaian pertemuan rahasia. Sebagai pola telah diadakan pertemuan belakang layar di Pulau Haruku, pulau yang dihuni orang-orang Islam. Selanjutnya pada tanggal 14 Mei 1817 di Pulau Saparua (pulau yang dihuni orang-orang Kristen) kembali diadakan pertemuan di sebuah daerah yang sering disebut dengan Hutan Kayuputih. Dalam banyak sekali pertemuan itu disimpulkan bahwa rakyat Maluku tidak ingin terus menderita di bawah keserakahan dan kekejaman Belanda. Oleh alasannya yakni itu, perlu mengadakan perlawanan untuk menentang kebijakan Belanda. Residen Saparua harus dibunuh. Sebagai pemimpin perlawanan dipercayakan kepada cowok yang berjulukan Thomas Matulessy yang lalu populer dengan gelarnya Pattimura. Thomas Matulessy pernah bekerja pada dinas angkatan perang Inggris.
Gerakan perlawanan dimulai dengan menghancurkan kapal-kapal Belanda di pelabuhan. Para pejuang Maluku lalu menuju Benteng Duurstede. Ternyata di benteng itu sudah berkumpul pasukan Belanda. Dengan demikian terjadilah pertempuran antara para pejuang Maluku melawan pasukan Belanda. Belanda waktu itu dipimpin oleh Residen van den Berg. Sementara dari para pejuang selain Pattimura juga tampil tokoh-tokoh menyerupai Christina Martha Tiahahu, Thomas Pattiwwail, dan Lucas Latumahina. Para pejuang Maluku dengan sekuat tenaga mengepung Benteng Duurstede, dan tidak begitu menghiraukan tembakan-tembakan meriam yang dimuntahkan oleh serdadu Belanda dari dalam benteng. Sementara senjata para pejuang Maluku masih sederhana menyerupai pedang dan keris. Dalam waktu yang hampir bersamaan para pejuang Maluku satu persatu sanggup memanjat dan masuk ke dalam benteng. Residen sanggup dibunuh dan Benteng Duurstede sanggup dikuasai oleh para pejuang Maluku. Jatuhnya Benteng Duurstede telah menambah semangat juang para cowok Maluku untuk terus berjuang melawan Belanda. Belanda lalu mendatangkan sumbangan dari Ambon. Datanglah 300 prajurit yang dipimpin oleh Mayor Beetjes. Pasukan ini kawal oleh dua kapal perang yakni Kapal Nassau dan Evertsen. Namun sumbangan ini sanggup digagalkan oleh pasukan Pattimura, bahkan Mayor Beetjes terbunuh. Kembali kemenangan ini semakin menggelorakan usaha para pejuang di banyak sekali daerah menyerupai di Seram, Hitu, Haruku, dan Larike. Selanjutnya Pattimura memusatkan perhatian untuk menyerang Benteng Zeelandia di Pulau Haruku. Melihat gelagat Pattimura itu maka pasukan Belanda di benteng ini diperkuat di bawah komandannya Groot. Patroli juga terus diperketat. Oleh alasannya yakni itu, Pattimura gagal menembus Benteng Zeelandia.
Upaya negosiasi mulai ditawarkan, tetapi tidak ada kesepakatan. Akhirnya Belanda mengerahkan semua kekuatannya termasuk sumbangan dari Batavia untuk merebut kembali Benteng Duurstede. Agustus 1817 Saparua diblokade, Benteng Duurstede dikepung disertai tembakan meriam yang bertubi-tubi. Satu persatu perlawanan di luar benteng sanggup dipatahkan. Daerah di kepulauan itu jatuh kembali ke tangan Belanda. Dalam kondisi yang demikian itu Pattimura memerintahkan pasukannya meloloskan diri dan meninggalkan daerah pertahanannya. Dengan demikian Benteng Duurstede berhasil dikuasai Belanda kembali. Pattimura dan pengikutnya terus melawan dengan gerilya. Tetapi pada bulan November beberapa pembantu Pattimura tertangkap menyerupai Kapitan Paulus Tiahahu (ayah Christina Martha Tiahahu) yang lalu dijatuhi sanksi mati. Mendengar tragedi ini Christina Martha Tahahu murka dan segera pergi ke hutan untuk bergerilya.

Belanda belum puas sebelum sanggup menangkap Pattimura. Bahkan Belanda mengumumkan kepada siapa saja yang sanggup menangkap Pattimura akan diberi hadiah 1.000 gulden. Setelah enam bulan memimpin perlawanan, jadinya Pattimura tertangkap. Tepat pada tanggal 16 Desember 1817 Pattimura dieksekusi gantung di alun-alun Kota Ambon. Christina Martha Tiahahu yang berusaha melanjutkan perang gerilya jadinya juga tertangkap. Ia tidak dieksekusi mati tetapi bersama 39 orang lainnya dibuang ke Jawa sebagai pekerja rodi. Di dalam kapal Christina Martha Tiahahu mogok tidak mau makan dan tidak mau buka mulut. Ia jatuh sakit dan jadinya meninggal pada tanggal 2 Januari 1818. Jenazahnya dibuang ke bahari antara Pulau Buru dan Pulau Tiga. Berakhirlah perlawanan Pattimura.[ki]

Senin, 01 September 2014

Sejarah VOC Vereenigde Oostindische Compagnie  – Sahabat Sekalian pada kesempatan kali ini akan membuatkan artikel mengenai Sejarah VOC atau yang merupakan organsiasi dagang Belanda yang pernah menjajah Nusantara. .Setelah Cornellis de Houtman hingga di Banten tahun 1596 maka pada tahun 1598 Compagnie Van Verre di Belanda memberangkatkan 8 kapal di bawah pimpinan Van Nock dan Warwijk yang membutuhkan waktu 7 bulan hingga di Banten keberhasilan pelayaran tersebut mendorong harapan banyak sekali perusahaan di Belanda untuk memberangkatkan kapalnya ke Indonesia ada 14 perusahaan yang telah memberangkatkan 62 kapal. Sementara itu Portugis berusaha keras untuk menghancurkan mereka.
Sejarah VOC Vereenigde Oostindische Compagnie Sejarah VOC Vereenigde Oostindische Compagnie
Atas usul Johan Van Oldenbarneveld dibentuklah sebuah perusahaan yang disebut Vereemigde Oost Indische Compagnie (VOC) pada tanggal 20 Maret 1682. Tujuan pembentukan VOC tidak lain ialah menghindarkan persaingan antar pengusaha Belanda (intern) serta bisa menghadapi persaingan dengan bangsa lain terutama Spanyol dan Portugis sebagai musuhnya (ekstern).
Hak Oktroi VOC
Kepemimpinan VOC dipegang oleh dewan beranggotakan 17 orang yang berkedudukan di Amsterdam. Oleh Pemerintahan Belanda, VOC diberi oktroi (hak-hak istimewa) sebagai berikut :
  • Dianggap sebagai wakil pemerintah Belanda di Asia
  • Monopoli perdagangan
  • Mencetak dang mengedarkan uang sendiri
  • Mengadakan perjanjian
  • Menaklukkan perang dengan negara lain
  • Menjalankan kekuasaan kehakiman
  • Pemungutan pajak
  • Memiliki angkatan perang sendiri
  • Mengadakan pemerintahan sendiri.
Sejarah VOC Vereenigde Oostindische Compagnie Sejarah VOC Vereenigde Oostindische Compagnie
Untuk melaksanakan kekuasaannya di Indonesia diangkatlan jabatan Gubernur Jenderal VOC antara lain:
  • Pieter Both, merupakan Gubernur Jenderal VOC pertama yang memerintah tahun 1610-1619 di Ambon.
  • Jan Pieterzoon Coen, merupakan Gubernur Jenderal kedua yang memindahkan sentra VOC dari Ambon ke Jayakarta (Batavia). Karena letaknya strategis di tengah-tengah Nusantara memudahkan pelayaran ke Belanda.
Setelah berpusat di Batavia, VOC melaksanakan ekspansi kekuasaan dengan pendekatan serta campur tangan terhadap kerajaan-kerajaan di Indonesia antara lain Mataram, Banten, Banjar, Sumatra, Gowa (Makassar) serta Maluku. Akibat hak monopoli yang dimilikinya. VOC memaksakan kehendaknya sehingga menjadikan permusuhan dengan kerajaan-kerajaan di Nusantara. Untuk menghadapi perlawanan bangsa Indonesia VOC meningkatkan kekuatan militernya serta membangun benteng-benteng menyerupai di Ambon, Makasar, Jayakarta dan lain-lain. Bagaimana cara Belanda memperoleh monopoli perdagangan di Indonesia? Cara yang dilakukan VOC adalah:
  • Melakukan pelayaran hongi untuk memberantas penyelundupan. Tindakan yang dilakukan VOC ialah merampas setiap kapal penduduk yang menjual pribadi rempahrempah kepada pedagang abnormal menyerupai Inggris, Perancis dan Denmark. Hal ini banyak dijumpai di pelabuhan bebas Makassar.
  • Melakukan Ekstirpasi yaitu penebangan tanaman, milik rakyat. Tujuannya ialah mepertahankan semoga harga rempah-rempah tidak merosot kalau hasil panen berlebihan (over produksi).
  • Perjanjian dengan raja-raja setempat terutama yang kalah perang wajib menyerahkan hasil bumi yang diharapkan VOC dengan harga yang ditetapkan VOC. Penyerahan wajib disebut Verplichte Leverantien
  • Rakyat wajib menyerahkan hasil bumi sebagai pajak, yang disebut dengan istilah Contingenten
Seiring dengan perubahan undangan dan kebutuhan di Eropa dari rempahrempah ke tumbuhan industri yaitu kopi, gula dan teh maka pada periode 18 VOC mengalihkan perhatiannya untuk menanam ke tiga jenis barang komoditi tersebut. Misalnya tebu di Muara Angke (sekitar Batavia), kopi dan teh tempat Priangan.
Dalam melaksanakan pemerintahan VOC banyak mempergunakan tenaga Bupati. Sedangkan bangsa Cina dipercaya untuk pemungutan pajak dengan cara menyewakan desa untuk beberapa tahun lamanya.
Pada pertengahan periode ke 18 VOC mengalamii kemunduran lantaran beberapa alasannya ialah sehingga dibubarkan.
  • Banyak pegawai VOC yang curang dan korupsi
  • Banyak pengeluaran untuk biaya peperangan pola perang melawan Sultan Hasanuddin dari Gowa.
  • Banyaknya honor yang harus dibayar lantaran kekuasaan yang luas membutuhkan pegawai yang banyak
  • Pembayaran Devident (keuntungan) bagi pemegang saham turut memberatkan sehabis pemasukan VOC kekurangan
  • Bertambahnya tentangan dagang di Asia terutama Inggris dan Perancis.
  • Perubahan politik di Belanda dengan berdirinya Republik Bataaf 1795 yang demokratis dan liberal menganjurkan perdagangan bebas.
Berdasarkan alasan di atas VOC dibubarkan pada tanggal 31 Desember 1799 dengan hutang 136,7 juta gulden dan kekayaan yang ditinggalkan berupa kantor dagang, gudang, benteng, kapal serta tempat kekuasaan di Indonesia.
Demikianlah Artikel Amir Al-maruzy yang membahas mengenai Sejarah VOC Vereenigde Oostindische Compagnie , semoga artikel ini sanggup memebrikan gosip yang bermanfaat bai kita semua.[ki].