Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!
jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..
karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir ☺️☺️☺️☺️
Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900
caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas↑↑
tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya
Jumat, 27 Desember 2013
Pakacaping - Atau Biasa Juga Disebut Kecapi Bugis Makassar ialah Musik instrumental tradisional Sulawesi Selatan yang diciptakan oleh seorang pelaut Bugis Makassar
Pakacaping ialah salah satu musik instrument tradisional tempat Sulawesi Selatan yang dikenal dalam etnis Makassar, Bugis, dan Mandar. Alat musik ini mirip dengan hasapi (Tapanuli), atau kecapi untuk etnis Sunda dan Jawa.Secara etimologis, Pakacaping diartikan sebagai pemain kecapi yang berasal dari dua suku kata yaitu pa berarti ‘pemain’ dan kata Kacaping berarti ‘instrumen kecapi’. Alat musik ini terbuat dari kayu berdawai dua dan berbentuk ibarat perahu.
Menurut sejarahnya kecapi diciptakan oleh seorang pelaut Bugis Makassar yang telah berhari-hari berlayar di bahari lepas meninggalkan gadis pujaan hatinya di darat, tiba-tiba angin puting-beliung tiba dan tali bahtera yang terikat dilayar berbunyi diterpa angin kencang. Bunyi yang amat indah menimbulkan kerinduan mendalam pada kekasih yang ditinggal. Begitu angin puting-beliung berlalu, sang pelaut mengambil sebagian tali layarnya kemudian diikatkan pada dayung
perahu, kemudian dipetik dengan iringan lagu. Setelah kembali ke darat, dibuatlah sebuah alat suara yang berbentuk bahtera dua tali yang dipetik dan dibuatkan syair-syair (Kelong) berpantun dengan ketentuan 8.8.5.8.
Awalnya Pakacaping merupakan permainan untuk menghibur diri sendiri di waktu senggang. Pemain kecapi menikmati kobbi’-kobbi’na (petikan-petikannya sendiri) tanpa ada kebutuhan pendengar. Namun dalam perkembangannya Pakacaping menjadi seni pertunjukan dalam menyebarkan konteks adab istiadat assua’-sara’ (keramaian).
Bagi masyarakat Gowa Sulawesi-Selatan misalnya, Pakacaping ialah bab yang tak terpisahkan dari tradisi adab a'gau-gau. Hadirnya seni pertunjukan dalam setiap upacara adab merupakan bab dari semangat untuk menjamu dan menghormati setiap orang yang tiba menghadiri pesta upacara yang dilaksanakan. hingga ketika ini masih sanggup disaksikan lewat acara-acara adat-istiadat, mirip pesta adab upacara perkawinan, khitanan, sunatan, hari-hari besar kerajaan, hari-hari besar kenegaraan,dalam rangka ekspo budaya, dan bahkan dalam program pertunjukan yang dikelola khusus secara konvensional.
Dalam memainkan kacaping, seorang pemain biasanya duduk bersila, memangku alat (kecapi) menghadap penonton dengan memakai kostum berupa ikat kepala (patonro), baju balla dada, celana baroci dan sarung yang diikatkan dipinggang, memetik kecapi, lagu mana yang akan di mainkan. Dari teknik memetik, teknik improvisasi dan teknik penampilan apalagi vocal yang indah, akan memancing penonton dan pendengar untuk turut bereaksi atau membalas nyanyian dari Pakacaping. Biasanya, makin larut malam, semakin seru alasannya ialah syair-syair yang disampaikan semakin hangat.
Kecapi Kuno
Kecapi kuno ini ditemukan oleh nenek moyang bangsa Tionghoa pada zaman Dinasti Zhou lebih dari 3 ribu tahun yang lalu. Pada zaman dahulu disebut sebagai “Qin” atau “Yao Qin” dan merupakan instrumen putar kuno Tiongkok. Orang zaman dahulu sebelum main kecapi harus mandi dan mengganti baju, kemudian gres main kecapi dengan menaruh kecapi di atas pundak atau meja. Tangan kiri putar senar, ajudan tekan senar, dan tuntutan ketepatan suara musik sangat ketat.
Hasapi
Hasapi, atau gitar Batak mempunyai kemiripan dengan Kacaping Bugis Makassar, mempunyai dua dawai. Hasapi Batak mempunyai keunikan tersendiri, dalam tangga nada, jelas, ada dampak Barat. Misalnya, penyetelan dua dawainya itu. Tapi dalam struktur terutama dalam pengulangan melodi dan ritme, dampak Barat itu hilang. Hasapi di batak dibedakan atas dua yaitu hasapi ende dan hasapi doal (alat petik dua senar)
Bagi masyarakat Gowa Sulawesi-Selatan misalnya, Pakacaping ialah bab yang tak terpisahkan dari tradisi adab a’gau-gau. Hadirnya seni pertunjukan dalam setiap upacara adab merupakan bab dari semangat untuk menjamu dan menghormati setiap orang yang tiba menghadiri pesta upacara yang dilaksanakan. hingga ketika ini masih sanggup disaksikan lewat acara-acara adat-istiadat, mirip pesta adab upacara perkawinan, khitanan, sunatan, hari-hari besar kerajaan, hari-hari besar kenegaraan,dalam rangka ekspo budaya, dan bahkan dalam program pertunjukan yang dikelola khusus secara konvensional.
Dalam memainkan kacaping, seorang pemain biasanya duduk bersila, memangku alat (kecapi) menghadap penonton dengan memakai kostum berupa ikat kepala (patonro), baju balla dada, celana baroci dan sarung yang diikatkan dipinggang, memetik kecapi, lagu mana yang akan di mainkan. Dari teknik memetik, teknik improvisasi dan teknik penampilan apalagi vocal yang indah, akan memancing penonton dan pendengar untuk turut bereaksi atau membalas nyanyian dari Pakacaping. Biasanya, makin larut malam, semakin seru alasannya ialah syair-syair yang disampaikan semakin hangat.[ki]