Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya


Jumat, 27 Desember 2013

Pakacaping - Atau Biasa Juga Disebut Kecapi Bugis Makassar ialah Musik instrumental tradisional Sulawesi Selatan yang diciptakan oleh seorang pelaut Bugis Makassar
Pakacaping ialah salah satu musik instrument tradisional tempat Sulawesi Selatan yang dikenal dalam etnis Makassar, Bugis, dan Mandar. Alat musik ini mirip dengan hasapi (Tapanuli), atau kecapi untuk etnis Sunda dan Jawa.Secara etimologis, Pakacaping diartikan sebagai pemain kecapi yang berasal dari dua suku kata yaitu pa berarti ‘pemain’ dan kata Kacaping berarti ‘instrumen kecapi’. Alat musik ini terbuat dari kayu berdawai dua dan berbentuk ibarat perahu.
Menurut sejarahnya kecapi diciptakan oleh seorang pelaut Bugis Makassar yang telah berhari-hari berlayar di bahari lepas meninggalkan gadis pujaan hatinya di darat, tiba-tiba angin puting-beliung tiba dan tali bahtera yang terikat dilayar berbunyi diterpa angin kencang. Bunyi yang amat indah menimbulkan kerinduan mendalam pada kekasih yang ditinggal. Begitu angin puting-beliung berlalu, sang pelaut mengambil sebagian tali layarnya kemudian diikatkan pada dayung
perahu, kemudian dipetik dengan iringan lagu. Setelah kembali ke darat, dibuatlah sebuah alat suara yang berbentuk bahtera dua tali yang dipetik dan dibuatkan syair-syair (Kelong) berpantun dengan ketentuan 8.8.5.8.
Awalnya Pakacaping merupakan permainan untuk menghibur diri sendiri di waktu senggang. Pemain kecapi menikmati kobbi’-kobbi’na (petikan-petikannya sendiri) tanpa ada kebutuhan pendengar. Namun dalam perkembangannya Pakacaping menjadi seni pertunjukan dalam menyebarkan konteks adab istiadat assua’-sara’ (keramaian).
Bagi masyarakat Gowa Sulawesi-Selatan misalnya, Pakacaping ialah bab yang tak terpisahkan dari tradisi adab a'gau-gau. Hadirnya seni pertunjukan dalam setiap upacara adab merupakan bab dari semangat untuk menjamu dan menghormati setiap orang yang tiba menghadiri pesta upacara yang dilaksanakan. hingga ketika ini masih sanggup disaksikan lewat acara-acara adat-istiadat, mirip pesta adab upacara perkawinan, khitanan, sunatan, hari-hari besar kerajaan, hari-hari besar kenegaraan,dalam rangka ekspo budaya, dan bahkan dalam program pertunjukan yang dikelola khusus secara konvensional.
Dalam memainkan kacaping, seorang pemain biasanya duduk bersila, memangku alat (kecapi) menghadap penonton dengan memakai kostum berupa ikat kepala (patonro), baju balla dada, celana baroci dan sarung yang diikatkan dipinggang, memetik kecapi, lagu mana yang akan di mainkan. Dari teknik memetik, teknik improvisasi dan teknik penampilan apalagi vocal yang indah, akan memancing penonton dan pendengar untuk turut bereaksi atau membalas nyanyian dari Pakacaping. Biasanya, makin larut malam, semakin seru alasannya ialah syair-syair yang disampaikan semakin hangat.
Kecapi Kuno
Kecapi kuno ini ditemukan oleh nenek moyang bangsa Tionghoa pada zaman Dinasti Zhou lebih dari 3 ribu tahun yang lalu. Pada zaman dahulu disebut sebagai “Qin” atau “Yao Qin” dan merupakan instrumen putar kuno Tiongkok. Orang zaman dahulu sebelum main kecapi harus mandi dan mengganti baju, kemudian gres main kecapi dengan menaruh kecapi di atas pundak atau meja. Tangan kiri putar senar, ajudan tekan senar, dan tuntutan ketepatan suara musik sangat ketat.
Hasapi
Hasapi, atau gitar Batak mempunyai kemiripan dengan Kacaping Bugis Makassar, mempunyai dua dawai. Hasapi Batak mempunyai keunikan tersendiri, dalam tangga nada, jelas, ada dampak Barat. Misalnya, penyetelan dua dawainya itu. Tapi dalam struktur terutama dalam pengulangan melodi dan ritme, dampak Barat itu hilang. Hasapi di batak dibedakan atas dua yaitu hasapi ende dan hasapi doal (alat petik dua senar)
Bagi masyarakat Gowa Sulawesi-Selatan misalnya, Pakacaping ialah bab yang tak terpisahkan dari tradisi adab a’gau-gau. Hadirnya seni pertunjukan dalam setiap upacara adab merupakan bab dari semangat untuk menjamu dan menghormati setiap orang yang tiba menghadiri pesta upacara yang dilaksanakan. hingga ketika ini masih sanggup disaksikan lewat acara-acara adat-istiadat, mirip pesta adab upacara perkawinan, khitanan, sunatan, hari-hari besar kerajaan, hari-hari besar kenegaraan,dalam rangka ekspo budaya, dan bahkan dalam program pertunjukan yang dikelola khusus secara konvensional.
Dalam memainkan kacaping, seorang pemain biasanya duduk bersila, memangku alat (kecapi) menghadap penonton dengan memakai kostum berupa ikat kepala (patonro), baju balla dada, celana baroci dan sarung yang diikatkan dipinggang, memetik kecapi, lagu mana yang akan di mainkan. Dari teknik memetik, teknik improvisasi dan teknik penampilan apalagi vocal yang indah, akan memancing penonton dan pendengar untuk turut bereaksi atau membalas nyanyian dari Pakacaping. Biasanya, makin larut malam, semakin seru alasannya ialah syair-syair yang disampaikan semakin hangat.[ki]

Sabtu, 30 November 2013

Apa Yang Dimaksud Khulafaur Rasyidin – Alhamdulillah pada kesempatan ini,  akan Share perihal Apa yang dimaksud Khulafaur Rasyidin. Nabi Muhammad SAW wafat pada tahun 632 Masehi. Sepeninggal beliau, pengaturan masyarakat dan penyebaran Islam menjadi tanggung jawab para Khalifah. Empat Khalifah pertama disebut Khulafaur Rasyidin. Mereka ialah Abu bakar As Syidik, Umar Bin Khattab, Usman Bin Affan dan Ali Bin Abu Thalib. Kepemimpinan nabi Muhammad SAW yang demokratis diteruskan oleh para Khalifah.

Dibawah pimpinan keempat Khalifah, masyarakat Muslim mulai memperluas pengaruhnya. Dibawah kepemimpinan Abu bakar Bin Khattab, efek Islam menyebar ke seluruh Jazirah Arab dan mulai memasuki Palestina. Dibawah kepemimpinan Umar Bin khattab, efek islam mulai memasuki Syria; Mesopotamia; Mesir dan mulai masuk ke Persia. Untuk menangani wilayah yang semakin luas. Umar menata manajemen pemerintahan, antara lain dengan membentuk propinsi-propinsi dan forum pengadilan. Di bawah kepemimpinan Usman Bin Affan, efek Islam menyebar keseluruh Persia, Siprus, Rhodes, Transoxania dan Tabaristan. Kemudian untuk beberapa usang ekspansi efek berhenti.
Pada masa pemerintahan Usman Bin Affan, untuk pertama kalinya terjadi perpecahan dalam masyarakat Muslim. Konflik tersebut disebabkan oleh ketidaktegasannya sebagai pemimpin dan kecenderungan Nepotisme. Meskipun demikian kepemimpinannya juga ditandai oleh sejumlah pembangunan di bidang ekonomi dan keagamaan.
Khalifah berikutnya, yakni Sepupu sekaligus menantu nabi Muhammad SAW. Pada masa kepemimpinan singa padang pasir ini, pergolakan lebih rumit terjadi. Pemberontakan antara lain muncul dari keluarga Usman Bin Affan dan Gubernur Damsyik. Upaya memadamkan pemberontakan ternyata tidak berhasil memulihkan kesatuan di lalangan Muslim. Ummat Islam bahkan terpecah menjadi Kaum Muawiyah, Syiah dan al-Khawarij.
Berakhirnya kepemimpinan Ali Bin Abu Thalib menandai selesai masa Khulafaur rasyidin. Pada tahun 661 Masehi. Kepepmimpinan beralih kepada kaum Muawiyah atau libih familiar dengan sebutan Bani Umayyah.
Demikianlah artikel sederhana perihal apa yang dimaksud Khulafaur Rasyidin, biar memberi wawasan kesejarahan bagi kita semua. [ki ]

Senin, 18 November 2013

Zaman Logam di Indonesia –  Zaman logam terdiri dari tiga zaman yaitu zaman perunggu, tembaga, dan besi. Zaman logam merupakan masa di mana kehidupan semakin lebih maju. Pada masa ini masyarakat sudah mengenal teknik-teknik pengolahan logam. Sejalan dengan kemajuan-kemajuan yang dicapai insan dalam meningkatkan taraf penghidupannya maka tata susunan masyarakat menjadi semakin kompleks. Pembagian kerja semakin ketat dan membutuhkan ketrampilan-ketrampilan tertentu. Oleh sebab itu, muncul kelompok-kelompok masyarakat yang terampil (undagi) menurut bidang masing-masing menyerupai andal menciptakan rumah, andal gerabah, andal logam, dan sebagainya. Pada zaman pembagian ini masyarakat yang hidup dari bercocok tanam mengalami tingkat kemajuan. Jika sebelumnya hanya dilakukan secara sistem ladang, kini memakai sistem persawahan.
Ciri-ciri Zaman Logam
Kehidupan perdagangan juga berkembang pada masa ini. Perdagangan sudah dilakukan antar pulau di Indonesia dan antara kepulauan Indonesia dengan daerah Asia Tenggara dengan sistem barter. Barang-barang yang dipertukarkan ialah nekara perunggu, moko, manik-manik, rempah-rempah, jenis-jenis kayu, dan timah.
Yang sangat menonjol pada masa perundagian ini ialah kepercayaan. Penguburan orang yang meninggal dilaksanakan dengan dua cara yaitu secara eksklusif dan tidak langsung. Penguburan langsung, mayit eksklusif dikuburkan di tanah atau ditempatkan dalam sebuah wadah di dalam tanah. Penguburan tidak eksklusif dilakukan dengan menguburkan mayit terlebih dahulu dalam tanah atau peti kayu berbentuk perahu. Kuburan ini sifatnya sementara. Setelah mayatnya menjadi rangka diambil dan dibersihkan, gres dikuburkan lagi dalam tempayan atau kubur batu.

Kemajuan dalam bidang teknik pengolahan logam sanggup dilihat dari peninggalan yang ditinggalkan. Barang-barang logam itu antara lain nekara, kapak corong, arca perunggu, candrasa, gelang kaki, anting-anting, kalung, dan cincin.
Pada zaman logam, insan sudah sanggup menciptakan peralatan dari logam yang ternyata lebih berpengaruh dan lebih muda dikerjakan daripada batu. Bahan logam harus dilebur dulu sebelum digunakan sebagai materi pembuatan peralatan manusia. Oleh sebab itu pada zaman logam, kebudayaan insan sudah lebih tinggi daripada pada zaman batu. zaman ini terbagi menjadi 2 zaman yaitu:
Zaman Perunggu
Hasil kebudayaan perunggu yang ditemukan di Indonesia adalah Kapak Corong (Kapak Perunggu), banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa, Balio, Sulawesi dan Kepulauan Selayar dan Irian. Kegunaannya sebagi alat perkakas. Nekara perunggu(Moko), bebrbentuk menyerupai dandang. Banyak ditemukan di daerah : Sumatera, Jawa Bali, Sumbawa, Roti, Leti, Selayar dan Kep. Kei. Kegunaan untuk program keagamaan dan maskawin. Bejana Perunggu, bentuknya menyerupai gitar Spanyol tetapi tanpa tangkai. Hanya ditemukan di Madura dan Sumatera; Arca-arca Perunggu, banyak ditemukan di Bangkinang(Riau), Lumajang (Jatim) dan Bogor (Jabar). Perhiasan : gelang, anting-anting, kalung dan cincin. Kebudayaan Perunggu sering disebut juga sebagi kebudayaan Dongson-Tonkin Cina  sebab disanalah Pusat Kebudayaan Perunggu.
Zaman Besi
Pada masa ini insan telah sanggup melebur besi untuk dituang menjadi alat-alat yang dibutuhkan, pada masa ini di Indonesia tidak banyak ditemukan alat-alat yang terbuat dari besi.
Alat-alat yang ditemukan yaitu Mata kapak, yang dikaitkan pada tangkai dari kayu, berfungsi untuk membelah kayu. Mata Sabit, digunakan untuk menyabit tumbuh-tumbuhan;  Mata pisau; Mata pedang; Cangkul, dll.
Jenis-jenis benda tersebut banyak ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor, Besuki dan Punung (Jawa Timur).

Selasa, 12 November 2013

Cara Kirim Pulsa Simpati Terbaru Sahabat sekalian pada kesempatan kali ini akan Share Artikel mengenai tata cara kirim Pulsa Simpati Telkomsel  Terbaru. Telkomsel merupakan salah satu provider operator raksasa di Indonesia, dimana dikala ini konsumennya mencapai jutaan. Dengan konsumen yang terus bertambah banyak, telkomsel juga mempersembahkan pelayan yang maksimal. Seperti call center support 24 jam, santunan dengan aba-aba pin, dan yang paling penting ialah transfer pulsa.
Apakah Anda pernah mengalami kesulitan mencari penjual pulsa di wilayah Anda berada ketika Anda sedang kehabisan pulsa? Pernahkah juga Anda kesulitan mencari ATM atau memakai perangkat gadget lain untuk membeli pulsa via internet banking ataupun mobile banking? Jika Anda pengguna Kartu SimPATI Telkomsel, Anda tidak perlu khawatir, alasannya Telkomsel menyediakan layanan transfer pulsa SimPATI. Layanan Transfer Pulsa SimPATI ialah layanan yang memungkinkan Anda pengguna Kartu SimPATI Telkomsel melaksanakan transfer pulsa melalui ponsel ke sesama pengguna kartu SimPATI Telkomsel. Anda sanggup melaksanakan transfer pulsa meski Anda dan orang yang akan Anda transfer pulsa berada di lokasi yang berjauhan. Anda sanggup dengan praktis melaksanakan transfer pulsa ke sobat atau kerabat Anda dikala mereka benar-benar membutuhkan pulsa yang mendesak atau pada dikala darurat. Begitu pula sebaliknya.
Syarat  Layanan transfer pulsa SimPATI
  • Transfer pulsa hanya sanggup dilakukan maksimal sepuluh kali dalam satu hari. Nominal transaksi tranfer pulsa dibatasi dengan total kumulatif mencapai Rp. 200.000
  • Anda sanggup melaksanakan transfer pulsa hanya jikalau minimum sisa pulsa Anda mencapai Rp. 5.000 sehabis melaksanakan transfer pulsa.
  • Untuk setiap kali Anda melaksanakan transfer pulsa Anda akan dikenai biaya sebesar Rp. 800.
  • Untuk melaksanakan transfer pulsa, pastikan bahwa status kartu haruslah dalam kondisi aktif, baik si pengirim pulsa mapun si akseptor pulsanya, atau minimal berada dalam masa isi ulang (grace periode).
  • Pulsa yang bertambah alasannya berasal dari transfer pulsa tidak akan merubah status masa aktif Anda ataupun status masa isi ulang (grace periode) pada kartu SimPATI Telkomsel Anda. Karenanya, jikalau akseptor transfer berada dalam satus masa isi ulang dikala mendapatkan transfer pulsa, maka pulsa tersebut gres sanggup dipakai sehabis akseptor kembali dalam masa aktifnya, atau telah mengisi pulsa.
  • Pulsa yang ditransfer ke nomor lain tidak dihitung sebagai pemakaian/usage, melainkan hanya sebagia nilai transfer. Yang dihitung sebagai pemakain/usage hanya biaya transfer pulsa yang dibebankan kepada pengirim pulsa yakni sebesar Rp. 800.
Cara Transfer Pulsa Simpati
Bagaimana caranya? Transfer pulsa sanggup dilakukan dengan banyak sekali cara. Cara pertama, Anda sanggup melaksanakan transfer pulsa dengan memakai SMS. Caranya, ketik SMS dengan format TPULSA[spasi]nominal transfer kemudian kirim ke nomor tujuan yang akan Anda kirimkan pulsa. Anda juga sanggup memakai format ketik pribadi di ponsel Anda dengan cara mengetik *858*nomrtujuan*nominaltransfer# kemudian tekan OK atau Yes atau Call.
Besaran nominal pulsa yang akan ditransfer bervariasi, mulai dari Rp. 5.000 dan seterusnya. Kenaikan nilai pulsa juga lebih fleksibel. Misalnya, Anda sanggup mengirimkan pulsa dengan nominal Rp. 12.000, Rp. 21.000, Rp. 22.000 ataupun Rp. 51.000.
Format penulisan nominal pulsa sanggup dilakukan dengan dua cara. Berikut ialah teladan penulisan nominal pulsa pada transfer pulsa SimPATI.
  • Nominal pulsa Rp. 10.000 Anda sanggup juga menuliskannya dengan format 10000 atau cukup ditulis  10 saja.
  • Nominal pulsa Rp. 11.000 Anda sanggup juga menuliskannya dengan format 11000 atau cukup ditulis  11 saja.
  • Nominal pulsa Rp. 20.000 Anda sanggup juga menuliskannya dengan format 10000 atau cukup ditulis  10 saja.
  • Nominal pulsa Rp. 32.000 Anda sanggup juga menuliskannya dengan format 32000 atau cukup ditulis  32 saja
  • Nominal pulsa Rp. 53.000 Anda sanggup juga menuliskannya dengan format 53000 atau cukup ditulis  53 saja.
Bagaimana praktis cara transfer pulsa simpati ???. Okk demikian saja artikel ini agar sanggup memperlihatkan warta yang bermanfaat tentunya.[ki]

Selasa, 05 November 2013

Contoh Proposal Skripsi Terbaru Sahabat Sekalian, pada kesempatan kali ini akan share artikel mengenai contoh Proposal Skripsi terbaru, dan teladan usulan berikut ini ialah Skripsi Jurusan Sejarah yang berjudul: Perkembangan Kristen di Parigi Kabupaten Gowa (1960 – 2006)

Latar Belakang
Penyebaran Kristen di Sulawesi Selatan sudah usang dirintis. Usaha ini mulai dilakukan semenjak pertengahan era XVI, sebelum bersatunya kerajaan-kerajaan di Jazirah Sulawesi Selatan. Pembawa Kristen paling awal ialah bangsa Portugis, bangsa ini dikenal sebagai bangsa penjelajah dan penakluk. Portugis pula bangsa pertama Eropa yang menginjakkan kakinya di Nusantara. Portugis yang mempunyai hasrat untuk menemukan dan menguasai sumber rempah-rempah yang kala itu sangat dibutuhkan di Eropa.
Disamping tujuan tersebut Portugis pula mempunyai tujuan lain, yakni kekuasaan dan penyebaran Agama Kristen. Portugis memakai semboyan 3G. yakni Gold/kekayaan, Glory/kekuasaan dan Gospel/penyebaran Agama Kristen (Ricklefs 1998 : 33).
Menurut sumber-sumbernya, Portugis pula bahwa bangsa Eropa pertama yang berhasil menjangkau Sulawesi Selatan. Bangsa Portugis itu ialah Antonio de Payra. Ia tiba pada tahun 1542. Antonio lalu disusul oleh Ruy Vas Pareira dua tahun kemudian. Ruy ialah saudagar Potugis yang berprofesi juga sebagai Misionaris (Sewang 2005 : 54).
Usaha penyebaran kristen yang dilakukan oleh Misionaris Ruy Vas Pareira ini membuahkan keberhasilan. Terbukti empat raja di Sulawesi Selatan berhasil dikristenkan. Ke empat raja ini masing-masing Arung Alitta, Datu Suppa, Arung Bacukiki dan Karaeng Siang (Rasdiyanah 1982 : 65).
Sumber Makassar pun membenarkan hal ini, dalam lontarak yang terdapat pada Koleksi UNHAS disebutkan bahwa : “Pendeta itu berhasil memasukkan Kristen Datu Suppa yang berjulukan Makeraiye dan didirikan sebuah Gereja di Kampung Maena. Ia juga berhasil memasukkan Kristen Raja Bacukiki, kawasan yang terletak di pinggir laut, dan Raja siang di Pangkajene”. (Sewang 2005 : 55)
Kristenisasi juga lalu merambah kerajaan Tallo, dimana dikatakan dalam sumber Portugis, bahwa Raja Tallo, 1 Mappatakang Kantana Daeng Padulung Tumenanga ri Kayaoang (1545 – 1577) berhasil dibaptis oleh Pastor Viegas pada tahun 1545 (Poelinggomang 2004 : 76 – 79).
Meskipun misionaris-misionaris Portugis gencar melaksanakan penyebaran kristen dan hampir berhasil mengkristenkan Sulawesi Selatan. Sebab mereka telah berhasil membaptis beberapa penguasa diantaranya Arung Alitta, Datu Suppa, Arung Bacukki, Karaeng Siang dan Karaeng Tallo.
Beberapa faktor yang menjadikan kurang berkembangnya Kristen pada waktu itu ialah ramainya orang-orang Arab yang tiba untuk berdagang di Sulawesi Selatan serta tumbuhnya Kerajaan Gowa sebagai Kerajaan besar yang menebarkan heqemoni kekuasaannya terhadap kerajaan-kerajaan tetangganya di Jazirah Sulawesi Selatan. Apalagi pada tahun 1605 Islam dijadikan sebagai Agama resmi Kerajaan Gowa (Limpo 1995 : 27).
 Kerajaan-kerajaan yang sebelumnya menganut Agama Kristen menjadi bawahan/taklukan kerajaan Gowa. Dengan demikian mau tidak mau kerajaan-kerajaan tersebut harus menganut pula Agama Islam. Faktor krusial yang menyebab terhentinya penyebaran Kristen oleh bangsa Portugis ialah kedatangan bangsa Belanda sebagai penguasa gres di Sulawesi Selatan. Hegemoni Belanda ini ditandai dengan ditaklukkannya Kerajaan Gowa lewat Perang Makassar yang amat dahsyat yang berakhir dengan perjanjian Bongaya tanggal 18 November 1669, perjanjian ini sebagai titik awal berkuasanya bangsa Belanda di Sulawesi Selatan (Andaya 2004 : 159).
Dengan berkuasnaya Belanda ini, mudah Portugis menjadi tersingkir dari Sulawesi Selatan, lantaran antara Belanda dan Portugis ialah musuh dalam segi poltik, serta Agama yang dianut oleh mereka, pada waktu itu masih tajam pertentangannya, yakni agama Kristen Protestan dan Kristen Katolik.
Pada mulanya Belanda bersikap netral terhadap Agama dan lebih mengutamakan tujuan-tujuan sekulernya. Namun sesudah terjadi perubahan kebijakan di negeri Belanda, yakni kebijakan Liberal (1855 - 1900). Maka Belanda pun lalu berbagi agama Kristen dengan mengirimkan Zending-zendingnya (Najamuddin 2002 : 119 – 120).
Jauh sebelumnya di Sulawesi Selatan agama Kristen sudah masuk, hal ini dibuktikan dengan adanya komunitas Kristen di Bonthain yang sudah mempunyai Gereja. Gereja ini rencananya akan dijadikan sebagai sentra penginjilan di kawasan Bonthain, Bulukumba dan sekitarnya. Bahkan Zending Belanda yang berjulukan Doonselaar pada tahun 1858, melaksanakan perjuangan penyebaran Kristen dengan menerjemahkan kitab Alkitab ke dalam bahasa Makassar. Namun Alkitab Versi Makassar ini lalu dihentikan beredar oleh pemerintah, lantaran ditakutkan akan memicu kebencian rakyat yang sudah berabad-abad menganut Islam dan bahkan Islam bagi rakyat Sulawesi Selatan sudah mendarah daging dalam sanubari mereka. Satu-satunya keinginan bagi para Zending Belanda dalam mencari “domba-domba yang tersesat” ialah mencari komunitas atau suku yang belum terkotori oleh efek Islam. Komunitas tersebut ialah Suku Toraja (Sitonda 2007 : 3). Dan Mattulada menyampaikan bahwa : “Orang Toraja, ialah penduduk Sulawesi Tengah, untuk sebagian juga mendiami Propinsi Sulawesi Selatan, ialah wilayah Kabupaten Tana Toraja dan Mamasa. Mereka itu biasanya disebut orang Toraja Sa’dan…..”. (Koentjaraningrat 1993 : 266).
Suku Toraja yang bermukim di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat berdasarkan para andal disebut Toraja Sa’dan. Mereka bermukim di pegunungan dan lembah-lembah sungai Sa’dan di kawasan Tana Toraja dan Mamasa. Usaha para Zending Belanda mulai aktual jadinya sekitar tahun 1900-an. Sebuah forum pengkabaran Alkitab dalam bahasa Belanda berjulukan Gereformeerde Zending Bord (G2B) yang berpusat di negeri Belanda ialah salah satu sponsor penyebaran Kristen kepada suku Toraja. Tahun 1901 – 1923 ialah awal penyebaran Kristen disana (Pakendek 1996 : 46). Disinilah sentra agama Kristen mulai dari sebelum kemerdekaan Indonesia hingga ketika ini. Bahkan ada Indikasi besar lengan berkuasa bahwa di kawasan ini dijadikan sebagia sentra penyebaran Kristen ke segala penjuru Sulawesi Selatan. Sebab Tana Toraja dan Mamasa di dukung oleh keadaan geografis yang terisolasi dari efek Islam.
Seperti yang dikatakan oleh N. Adriani : “Daerah Tana Toraja ialah kawasan yang paling baik sebagai sentra kawasan Pangkalan Alkitab lantaran jauh dari efek Islam, ini disebabkan lantaran letak Tana Toraja di atas gunung, sedangkan kekuasaan Islam menduduki kawasan Pantai”. (Pakendek 1996 : 47)
Adapun jalan masuk penyebaran Kristen di Sulawesi Selatan dari dulu hingga ketika ini menyerupai yang dikatakan oleh Sarira : “Orang Kristen harus masuk ke dalam tiap potongan terhadap rangat, ke dalam politik, pelayanan politik dan Nasional, seni dan kebudayaan, guna bekerja sama secara aktual dengan orang-orang bukan Kristen dan menjadi seksi Kristen dalam segala hal”. (Bura 1999 : 51).
Menurut Den (1993 : 106 – 107) orang-orang Indonesia masuk ke agama Kristen disebabkan oleh aneka macam faktor, diantaranya faktor politik, stratifikasi sosial dan perkawinan. Makara sanggup disimpulkan bahwa jalan masuk kristenisasi yakni faktor ekonomi, politik, pelayanan kesehatan, perkawinan serta sarana pendidikan / sekolah-sekolah.
Para Zending dengan ulet dan sistematis melaksanakan penyebaran agama Kristen hingga ketika ini. Daerah Tan Toraja dan Mamasa yang sebelumnya telah berhasil dikristenkan, lalu menjadi sentra pengkabaran Alkitab ke seluruh Jazirah Sulawesi Selatan.
Dari aneka macam fenomena yang sudah dipaparkan sebelumnya, maka studi ini akan berfokus kepada persoalan penyebaran Kristen di Sulawesi Selatan, khususnya di Parigi Kabupaten Gowa. Alasan kenapa studi ini mengambil kawasan Parigi sebagai kawasan yang akan diteliti dalam persoalan penyebaran Kristen, meskipun penyebaran Kristen terjadi di aneka macam kawasan di Sulawesi Selatan. Namun di Parigi proses penyebaran Kristen sudah berlangsung lama, yakni dimulai pada tahun 1930-an hingga sekarang. Metode yang dilakukan dalam penyebaran Kristen di Parigi antara lain menyerupai yang telah disebutkan sebelumnya yakni pembangunan sarana pendidikan, pelayanan kesehatan, penyediaan sarana dan prasarana umum serta penyebaran orang Kristen untuk menjadi Zending pada kawasan ini.
Rentang panjang penyebaran Kristen di Parigi Kabupaten Gowa tentulah mempunyai aspek historis yang berdimensi sosial, politik dan budaya yang menarik untuk dikaji secara diungkap secara ilmiah terutama dari sudut pandang sejarah.
Akhirnya, kompleksitas persoalan di dalam proses penyebaran Kristen di Parigi Kabupaten Gowa akan menjadi materi kajian dalam studi ini yang nantinya akn tertuang dalam karya ilmiah yang berjudul “Perkembangan Kristen di Parigi Kabupaten Gowa (1960 – 2006)”.

Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang tersebut, maka permasalahan okok yang timbul ialah kristenisasi di Parigi Kabupaten Gowa.
Pertanyaan pokok itu sanggup diperinci ke dalam point-point pertanyaan persoalan sebagai berikut ;
  • Bagaimana kondisi Parigi sebelum penyebaran Kristen di Parigi?
  • Bagaimana proses penyebaran Kristen di Parigi?
  • Bagaimana seni administrasi penyebaran Kristen di Parigi?
  • Apa reaksi masyarkat Parigi terhadap agama Kristen?
  • Apa penyebab surutnya penganut di Parigi?
Batasan Masalah
Studi ini berupa merekonstruksi persoalan perkembangan di Parigi dilihat dari bingkai sejarah, diantaranya latar belakang penyebaran Kristen, perkembangan hingga surutnya penganut Kristen di Parigi.
Agar sanggup menyentuh substansi pembhasan pada objek kajian, maka studi ini membatasi diri pada ruang lingkup : kasus, temporal dan spasial kajian. Secara kasus, studi ini mulai membahas wacana Parigi sebelum masuknya agama Kristen, proses perkembangan di Parigi, seni administrasi penyebaran Agama Kristen, reaksi masyarakat terhadap Kristen serta surutnya penganut Kristen di Parigi Kabupaten Gowa.
Secara temporal, studi ini diawali pada than 1960, dengan pertimbangan bawha pada tahun ini ialah titik perkembangan Kristen di Parigi, meskipun jauh sebelumnya tepatnya sektiar tahun 1930-an Kristen sudah masuk ke Parigi di bawah oleh Zending yang berkembangsaan Belanda. Namun perkembangan Kristen di Parigi sempat vacum, dikarenakan timbulnya gerakan DI/TII yang sempat juga aktif di Parigi. Seiring dengan mulai runtuhnya gerakan DI/TII, maka Kristen mulai berkembang ada tahun 1960. studi ini diakhiri pada tahun 2006, dengan pertimbangan biar perkembangan Kristen sanggup dikaji hingga masa kini.
Kemudian secara spasial, studi ini berfokus kepada kawasan Parigi meskipun di kawasan lain terjadi Penyebaran Kristen. Namun Parigi mempunyai “keistimewaan” di banding dengan daerah-daerah lainnya. Parigi ialah salah satu wilayah yang tergabung ke dalam wilayah Kabupaten Gowa. Dimana Gowa dikenal sebagai wilayah basis Islam dan pada zaman dulu Gowa populer sebagai kiblat Islamisasi ke Indonesia potongan Timur,. Batasan spasial ini tidak dianggap kaku, dan tetap megkaji wacana penyebaran dan perkembangan Kristen di kawasan lain secara umum sebagai toleransi dari batasan spasial.

Metode Penelitian
Adapun metode dan tahapan penelitian sejarah berdasarkan Notosoesanto (1971 : 17) ialah sebagai berikut :
  • Heuristic, yakni kegiatan menghimpun jejak-jejak masa lampau;
  • Kritik, yakni menyelidiki apakah jejak itu sejati, baik bentuk maupun isinya;
  • Interpretasi, yakni menetapkan makna dan saling korelasi dari fakta-fakta yang diperoleh;
  • Historiografi, yakni memberikan sintesa yang diperoleh dalam bentuk Tulisan sejarah.
Sesuai dengan metode tersebut, maka langkah proses dari penelitian ini ialah :
  • Heuristic Heuristic ialah pengumpulan data atau sumber-sumber yang ditemui. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang memakai tehnik wawancara serta teknik kepustakaan. Teknik wawancara dilakukan dengan mewawancarai informan kunci, baik dari pihak penyebar Kristen, pihak peserta Kristen serta pihak-pihak lain yang dianggap kompeten denga studi ini. Teknik ini ialah sebagai penyangga utama studi ini, lantaran sebagian besar saksi kunci masih hidup dan berdomisili di lokasi penelitian. Tehnik kepustakaan dilakukan dengan mengkaji tinggalan-tinggalan yang berbentuk tulisan, diantaranya dokumen-dokumen, arsip-arsip resmi, majalah-majalah serta buku-buku yang kompeten dengan studi ini. Dimana semua materi di atas akan ditelusuri pada perpustakaan-perpustakaan, dokumen-dokumen pemerintah Kabupaten Gowa, Dokumen organisasi GKSS (Gereja Kristen di Sulawesi Selatan), serta tempat-tempat lainnya.
  • Kritik. Pada tahap kritik, sumber yang terkumpul pada kegiatan heuristic lalu disaring dan diseleksi. Data yang terkumpul tersebut baik merupakan data hasil wawancara maupun data goresan pena / pustaka akan disaring dan diseleksi guna mengetahui orisinil atau tidaknya sumber tersebut. Kritik sumber ini terbagi dua yakni kritik intern, dimana kritik intern ialah kritik yang dilihat dari keterangan lisan/tulisan sumber tersebut. Kritik ekstern yakni kritik yang sanggup dilihat dari fisik sumber. Selanjutnya diadakan komparasi antara beberapa sumber, sehingga sanggup diketahui mana sumber pertama dan mana sumber kedua (Notosusanto 1971 : 20).
  • Interpretasi, Setelah diperoleh data yang valid dan akurat, maka tahap selanjutnya ialah menginterpretasikan atua menetapkan makna dan saling korelasi dari fakta-fakta yang diperoleh. Pada tahap ini sangat diharapkan kecermatan dan perilaku menghindari subyektifitas terhadap fakta pada persoalan penyebaran dan perkembangan Kristen di Parigi Kabupaten Gowa.
  • Historigrafi. Historigrafi atau penulisan sejarah ialah tahap selesai metode penelitian sejarah. Pada tahap ini. Studi ini berusaha untuk memahami historic realite, sejarah sebagaimana yagn dikisahkan (Abdullah 1985 : 15), sehingga bisa dikisahkan dan disajikan persoalan Penyebaran dan perkembangan Kristen di Parigi Kabupaten Gowa secara kronologis. Studi ini juga ditopang oleh ilmu-ilmu sosial lain dalam membangun kerangka studi ini.
Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari studi Perkembangan Kristen di Parigi Kabupaten Gowa ialah sebaga berikut :
  • Untuk mengetahui kondisi Parigi sebelum masuknya agama Kristen
  • Untuk memaparkan proses perkembangan Kristen di Parigi
  • Untuk mengetahui seni administrasi penyebaran Kristen di Parigi
  • Untuk melacak reaksi masyarakat terhadap agama Kristen di Parigi
  • Untuk mengetahui penyebab surutnya penganut Kristen di Parigi.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari studi Perrkembangan Kristen di Parigi Kabupaten Gowa ialah sebagai berikut :
  • Sebagai materi acuan bagi yang berminat mengetahui sejarah agama Kristen, khususnya agama Kristen di Parigi Kabupaten Gowa
  • Sebagai materi penulisan sejarah serupa, khususnya agama Kristen di Parigi Kabupaten Gowa
  • Untuk memperkaya khasanah kepustakaan wacana sejarah agama Kristen.
Daftar Pustaka
  • Amir, Andi Rasdiyanah. 1982. Bugis Makassar dalam Peta Islamisasi. Ujung Pandang : IAIN UP.
  • Andaya, C. Leonard. 2004. Warisan Arung Palakka Sejarah Sulawesi Selatan Abad 17 (Terj. Nurhady Sirimorok). Makassar : Ininnawa.
  • Bura, Eunika. 1991. Persepsi Penganut Agama Kristen Terhadap Pewarisan Upacara Kematian di Tana Toraja. Makassar : Skripsi FEIS UNM.
  • End, Van Den. 1993. Ragi Carita 1 Sejarah Gereja Di Indonesia 1500 – 1860. Jakarta. Bpk Gunung Mulia.
  • Gonggong, Anhar. 2004. Abdul Qahhar Mudzakkar dari Patriot Hingga Pemberontak. Jakarta : Ombak.
  • Gootschalk, Louis. 1986. Mengerti Sejarah (Terj. Nugroho Notosusanto). Jakarta : UI Press.
  • Koentjaraningrat. 1993. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta : Djambatan.
  • Najamuddin, Lukman. 2002. Dari Animisme ke Monoteisme Kristenisasi Di Poso 1892 – 1942. Yogyakarta : Yayasan Untuk Indonesia.
  • Pakendek, Yusuf Sattu. 1996. Sejarah Masuknya Kristen Protestan di Tana Toraja. Makassar : Skripsi FEIS UNM.
  • Poelinggomang, Edward dkk. 2004. Sejarah Sulawesi Selatan Jilid I. Makassar : Balitbangda.
  • Ricklefs, MC. 1998. Sejarah Indonesia Modern (Terj. Dharmono Harjowidjono). Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
  • Sewang, Ahmad. 2005. Islamisasi Kabupaten Gowa (Abad XVI Sampai Dengan Abad XVII). Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
  • Sitonda, Muh. Nasir. 2007. Toraja Warisan Dunia. Makassar : Pustaka Refleksi.
  • Yasin Limpo, Syahrul dkk. 1995. Profil Sejarah Budaya dan Pariwisata Gowa.Sungguminasa : Yayasan Eksponen 1966.
Demikianlah artikel mengenai Contoh usulan Skripsi Terbaru, semoga artikel ini tentunya sanggup memperlihatkan informasi yang bemanfaat bagi kita semua.[ki]

Senin, 04 November 2013

Masa Demokrasi Liberal hingga Demokrasi Terpimpin Pelaksanaan demokrasi liberal sesuai dengan konstitusi yang berlaku ketika itu, yakni Undang Undang Dasar Sementara 1950. Kondisi ini bahkan sudah dirintis semenjak dikeluarkannya maklumat pemerintah tanggal 16 Oktober 1945 dan maklumat tanggal 3 November 1945, tetapi kemudian terbukti bahwa demokrasi liberal atau parlementer yang menggandakan sistem Eropa Barat kurang sesuai diterapkan di Indonesia. Tahun 1950 hingga 1959 merupakan masa berkiprahnya parta-partai politik. Dua partai terkuat pada masa itu (PNI & Masyumi) silih berganti memimpin kabinet. Sering bergantinya kabinet sering menyebabkan ketidakstabilan dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan keamanan. Ciri-ciri demokrasi liberal ialah sebagai berikut :
  • Presiden dan Wapres tidak sanggup diganggu gugat
  • Menteri bertanggung jawab atas kebijakan pemerintah
  • Presiden sanggup dan berhak berhak membubarkan DPR
  • Perdana Menteri diangkat oleh Presiden
Kabinet Natsir
Masa pemerintahan Kabinet Natsir (6 September 1950 - 20 Maret 1951). Merupakan kabinet koalisi yang dipimpin oleh partai Masyumi.
Program  : Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman; Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan susunan pemerintahan; Menyempurnakan organisasi Angkatan Perang; Mengembangkan dan memperkuat ekonomi rakyat; Memperjuangkan penyelesaian perkara Irian Barat.
Hasil : Berlangsung negosiasi antara Indonesia-Belanda untuk pertama kalinya mengenai perkara Irian Barat.
Masalah yang dihadapi: Upaya memperjuangkan perkara Irian Barat dengan Belanda mengalami jalan buntu (kegagalan); Timbul perkara keamanan dalam negeri yaitu terjadi pemberontakan hampir di seluruh wilayah Indonesia, menyerupai Gerakan DI/TII, Gerakan Andi Azis, Gerakan APRA, Gerakan RMS.
Berakhirnya kekuasaan kabinet: Adanya mosi tidak percaya dari PNI menyangkut pencabutan Peraturan Pemerintah mengenai DPRD dan DPRDS. PNI menganggap peraturan pemerintah No. 39 th 1950 mengenai DPRD terlalu menguntungkan Masyumi. Mosi tersebut disetujui dewan legislatif sehingga Natsir harus mengembalikan mandatnya kepada Presiden.
Kabinet Sukiman
Masa Pemerintahan Kabinet Sukiman (27 April 1951 - 3 April 1952). Merupakan kabinet koalisi antara Masyumi dan PNI.
Program : Menjamin keamanan dan ketentraman; Mengusahakan kemakmuran rakyat; Mempercepat persiapan pemilihan umum; Menjalankan politik luar negeri secara bebas aktif serta memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah RI secepatnya.
Hasil: Tidak terlalu berarti lantaran programnya melanjtkan aktivitas Natsir hanya saja terjadi perubahan skala prioritas dalam pelaksanaan programnya, menyerupai awalnya aktivitas Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman selanjutnya diprioritaskan untuk menjamin keamanan dan ketentraman
Masalah yang dihadapi: telah melanggar politik luar negara Indonesia yang bebas aktif lantaran lebih condong ke blok barat bahkan dinilai telah memasukkan Indonesia ke dalam blok barat; Adanya krisis moral yang ditandai dengan munculnya korupsi; Masalah Irian barat belum juga teratasi; Hubungan Sukiman dengan militer kurang baik
Berakhirnya kekuasaan kabinet: Muncul kontradiksi dari Masyumi dan PNI atas tindakan Sukiman sehingga mereka menarik dukungannya pada kabinet tersebut. dewan perwakilan rakyat balasannya menggugat Sukiman dan terpaksa Sukiman harus mengembalikan mandatnya kepada presiden.
Kabinet Wilopo
Masa Pemerintahan Kabinet Wilopo (3 April 1952 – 3 Juni 1953)
Program  : Program dalam negeri      : Menyelenggarakan pemilihan umum (konstituante, DPR, dan DPRD), meningkatkan kemakmuran rakyat, meningkatkan pendidikan rakyat, dan pemulihan keamanan. Program luar negeri : Penyelesaian perkara hubungan Indonesia-Belanda, Pengembalian Irian Barat ke pangkuan Indonesia, serta menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif.
Masalah yang dihadapi: Adanya kondisi krisis ekonomi; Terjadi defisit kas negara; Munculnya gerakan sparatisme t; Terjadi insiden 17 Oktober 1952. Merupakan merupakan kontradiksi antara Tentara Nasional Indonesia dan sipil. Inti insiden ini ialah gerakan sejumlah perwira angkatan darat guna menekan Sukarno supaya membubarkan kabinet. Munculnya insiden Tanjung Morawa,Inti insiden Tanjung Morawa ialah insiden bentrokan antara pegawanegeri kepolisian dengan para petani liar mengenai perkara tanah perkebunan di Sumatera Timur (Deli).
Berakhirnya kekuasaan kabinet   :  Akibat insiden Tanjung Morawa muncullah mosi tidak percaya dari Serikat Tani Indonesia terhadap kabinet Wilopo. Sehingga Wilopo harus mengembalikan mandatnya pada presiden.
Kabinet Ali Sastroamijoyo
Masa Pemerintahan Kabinet Ali Sastroamijoyo  (31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955)
Program: Meningkatkan keamanan dan kemakmuran serta segera menyelenggarakan Pemilu; Pembebasan Irian Barat secepatnya; Pelaksanaan politik bebas-aktif dan peninjauan kembali persetujuan     KMB dan Penyelesaian Pertikaian politik
Hasil: Persiapan Pemilihan Umum 1955; Menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika tahun 1955.
Kendala/ Masalah yang dihadapi:  Menghadapi perkara keamanan di tempat yang belum juga sanggup terselesaikan, menyerupai DI/TII di Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh. terjadi insiden 27 Juni 1955 suatu insiden yang mengatakan adanya kemelut dalam badan TNI-AD. Masalah Tentara Nasional Indonesia –AD yang merupakan kelanjutan dari Peristiwa 17 Oktober 1952. Keadaan ekonomi yang semakin memburuk. Memudarnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah. Munculnya konflik antara PNI dan NU .
Berakhirnya kekuasaan kabinet; Nu menarik derma dan menterinya dari kabinet sehingga keretakan dalam kabinetnya inilah yang memaksa Ali harus mengembalikan mandatnya pada presiden.
Kabinet Burhanuddin Harahap
Masa Pemerintahan Kabinet Burhanuddin Harahap  (12 Agustus 1955 – 3 Maret 1956)
Program: Mengembalikan kewibawaan pemerintah. Melaksanakan pemilihan umum 1955. Masalah desentralisasi, inflasi, pemberantasan korupsi. Perjuangan pengembalian Irian Barat. Politik Kerjasama Asia-Afrika menurut politik luar negeri bebas aktif.
Hasil: Penyelenggaraan pemilu pertama yang demokratis pada 29 September 1955 (memilih anggota DPR) dan 15 Desember 1955 (memilih konstituante). Perjuangan Diplomasi Menyelesaikan perkara Irian Barat dengan pembubaran Uni Indonesia-Belanda. Pemberantasan korupsi; Terbinanya hubungan antara Angkatan Darat dengan Kabinet Burhanuddin. Menyelesaikan perkara insiden 27 Juni 1955.
Kendala/ Masalah yang dihadapi : Banyaknya mutasi dalam lingkungan pemerintahan dianggap menyebabkan ketidaktenangan.
Berakhirnya kekuasaan kabinet: Dengan berakhirnya pemilu maka kiprah kabinet Burhanuddin dianggap selesai. Pemilu tidak menghasilkan derma yang cukup terhadap kabinet sehingga kabinetpun jatuh. Akan dibuat kabinet gres yang harus bertanggungjawab pada dewan legislatif yang gres pula.
Kabinet Ali sastroamijoyo II
Masa pemerintahan Kabinet Ali Sastroamijoyo II (20 Maret 1956 – 4 Maret 1957)
Program: Program kabinet ini disebut Rencana Pembangunan Lima Tahunyang memuat aktivitas jangka panjang, sebagai berikut. Perjuangan pengembalian Irian Barat; Pembentukan daerah-daerah otonomi; Mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai; Menyehatkan perimbangan keuangan negara; Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional.
Selain itu aktivitas pokoknya adalah: Pembatalan KMB, pemulihan keamanan dan ketertiban. Melaksanakan keputusan KAA.
Hasil: Mendapat derma penuh dari presiden dan dianggap sebagai titik tolak dari periode planning and investment, hasilnya ialah Pembatalan seluruh perjanjian KMB.
Kendala/ Masalah yang dihadapi: Berkobarnya semangat anti Cina di masyarakat. Muncul pergolakan/kekacauan di tempat (PRRI/Permesta). Memuncaknya krisis di aneka macam daerah. Pembatalan KMB oleh presiden, Timbulnya perpecahan antara Masyumi dan PNI.
Berakhirnya kekuasaan kabinet: Mundurnya sejumlah menteri dari Masyumi menciptakan kabinet hasil Pemilu I ini jatuh dan menyerahkan mandatnya pada presiden.
Kabinet Djuanda
Masa pemerintahan Kabinet Djuanda ( 9 April 1957- 5 Juli 1959)
Program : Programnya disebut Panca Karya sehingga sering juga disebut sebagaiKabinet Karya, programnya yaitu : Membentuk Dewan Nasional; Normalisasi keadaan Republik Indonesia; Melancarkan pelaksanaan Pembatalan KMB; Perjuangan pengembalian Irian Jaya; Mempergiat/mempercepat proses Pembangunan
Hasil : Mengatur kembali batas perairan nasional Indonesia melalui Deklarasi Djuanda; Terbentuknya Dewan Nasional . Sebagai titik tolak untuk menegakkan sistem demokrasi terpimpin; Mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) untuk meredakan pergolakan di aneka macam daerah. Diadakan Musyawarah Nasional Pembangunan
Kendala/ Masalah yang dihadapi: Kegagalan Menghadapi pergolakan di tempat lantaran pergolakan di tempat semakin meningkat. Keadaan ekonomi dan keuangan yang semakin buruk. Terjadi insiden Cikini, yaitu insiden percobaan pembunuhan terhadap Presiden Sukarno di depan Perguruan Cikini
Berakhirnya kekuasaan kabinet: Berakhir ketika presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan mulailah babak gres sejarah RI yaitu Demokrasi Terpimpin.
Pemilhan Umum Tahun 1955
Pemilihan Umum 1955 dilaksanakan pada masa kabinet Burhanuddin Harahap . dilaksanakan pada tanggal 29 September 1955 (Pemilihan anggota parlemen) dan tanggal 15 Desember 1955 (Pemilihan konstituante). Pemihan umum 1955 menghasilkan 4 besar parpol pemenang pemilu (Masyumi, NU, PNI dan PKI).
Masa Demokrasi Terpimpin
Latar belakang munculnya demokrasi terpimpin: kegagalan konstituante dalam menyusun Undang-Undang Dasar gres serta ketegangan-ketegangan politik pasca pemilu 1955. Kemudian presiden Soekarno mengajukan konsepsi dengan nama demokrasi terpimpin. Dalam situasi yang tidak menentu balasannya presiden Soekarno mengeluarkan dekrit pada tanggal 5 Juli 1959 yang isinya:
  • Pembubaran konstituante
  • Berlakunya kembali Undang-Undang Dasar 1945
  • Tidak berlakunya UUDS 1950
  • Pembentukan MPRS dan DPAS
Didalam sistem demokrasi terpimpin, pada kenyataannya terjadi penyimpangan-penyimpangan konstitusi diantaranya; MPRS tunduk kepada Presiden; MPRS diangkat oleh Presiden; Pembubaran dewan perwakilan rakyat hasil pemilu dan pengangkatan DPR-GR; Politik luar negeri yang cenderung berpihak kepada blok timur; Pengangkatan soekarno sebagai presiden seumur hidup.
Pada tanggal 17 Agustus 1959 presiden berpidato yang berjudul inovasi kembali revolusi kita, dikenal dengan manifesto politik RI, manifesto Politik RI kemudian dijadikan GBHN. Inti dari manifesto politik ialah USDEK (UUD 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi terpimpin dan Kepribadian Indonesia).
Pandangan politik luar negeri pada masa demokrasi terpimpin dilandasi oleh pandangan NEFO (New Emerging Forces) dan OLDEFO (Old  Established Forces). Nefo merupakan kekuatan gres yang sedang muncul yaitu Negara-negara Progresif Revolusioner (Indonesia dan Negara-negara komunis) yang anti kolonialisme dan imperialism. Sedangkan Oldefo ialah kekuatan usang yang telah mapan yakni Negara-negara kapitalis yang neokolonialis dan imperialis (Nekolim). Pemerintah mengeluarkan konfrontasi terhadap pembentukan Negara Federasi Malaysia. Kareana Malaysia dianggap sebagai proyek neokolonialis Inggris yang membahayakan Indonesia dan Negara-negara Nefo. Dalam rangka itu dikeluarkan Dwi Komando rakyat (Dwikora) pada tanggal 3 Mei 1964 yang isinya sebagai berikut:
  • Perhebat ketahanan Revolusi Indonesia.
  • Bantu usaha rakyat Malaysia untuk membebaskan diri dari Nekolim Inggris.
Pelaksanaan Dwikora diawali dengan pembentukan Komando Siaga yang dipimpin Marsekal Omar Dani. Demokrasi terpimpin diakhiri dengan terjadinya insiden G30S/PKI dan digantikan oleh Orde Baru dibawah pimpinan Presiden Soeharto.[ki]

Sabtu, 02 November 2013

Negara Negara Boneka Bentukan Belanda Belanda yang ingin kembali menguasai wilayah Indonesia terus melaksanakan tindakan-tindakan untuk merebut kembali wilayah-wilayah Indonesia. Wilayah Indonesia berhasil dipecah-pecah oleh Belanda. 
Oleh alasannya ialah itu, bangsa Indonesia berjuang untuk merebut kembali wilayah-wilayahnya baik melalui usaha bersenjata maupun melalui jalan perundingan. Negara boneka ialah negara yang secara resmi merdeka dan diakui kedaulatannya namun secara de-facto berada di bawah kontrol negara lainnya. Negara boneka secara harfiah berarti negara di mana pemerintahannya sanggup disamakan menyerupai boneka yang dimainkan oleh pemerintah negara lainnya sebagai dalang. 
Untuk menanamkan kembali kekuasaannya di Indonesia, salah satu cara yang dilakukan oleh Belanda ialah dengan membentuk negara-negara boneka. Tujuannya ialah untuk mengepung kedudukan pemerintahan Republik Indonesia atau mempersempit wilayah kekuasaan Republik Indonesia. Setiap negara bab atau negara boneka yang diciptakan Belanda tersebut dipimpin oleh seorang yang ditunjuk oleh Belanda. Melalui negara-negara boneka yang dibentuknya, Belanda membentuk Pemerintahan Federal dengan Van Mook sebagai kepala pemerintahannya. Dalam Konferensi Federal di Bandung pada tanggal 27 Mei 1948 lahirlah Badan Permusyawaratan Federal (BFO). Di dalam BFO terhimpun negara-negara boneka ciptaan Belanda.
NEGARA
TAHUN BERDIRI
WILAYAH
WALI NEGARA
Negara Indonesia Timur
Desember 1946
Sebelah timur selat Makassar dan Selat Bali
Cokorda Gde Raka Sukarwati
Negara Sumatera Timur
Disetujui: 25 Des 1945
Diresmikan: 16 Peb 1947
Medan dan sekitarnya
Dr. Mansyur
Negara Sumatera Selatan
30 Agustus 1948
Palembang dan sekitarnya
Abdul Malik
Negara Jawa Timur
26 Nopember 1948
Surabaya, Malang, dan daerah-daerah sebelah timur hingga Banyuangi
RT. Kusumonegoro
Negara Pasundan
26 Pebruari 1948
Priangan, Jawa barat dan sekitarnya
RAA. Wiranatakusumah
Negara Madura
16 januari 1948
Pulau Madura dan sekitarnya
Cakraningrat
Daerah-daerah Otonom:
-Kalimantan Barat

Oktober 1946

Kalimantan barat


Sultan hamid II
-Dayak Besar
Desember 1946
Kalimantan Tengah
-Banjar
Januari 1948
Banjar dan sekitarnya
-Kalimantan Tenggara
Maret 1947
Pulau Laut, Pagetan, cantung dan Sampangan
-Jawa tengah
Maret 1949
Banyumas. Pekalongan dan Semarang
-Bangka, Belitung dan Riau
Januari 1947
Kepri dan Babel

Demikianlah artikel mengenai Negara Negara Boneka Bentukan belanda, biar artikel ini sanggup memebrikan isu yang bermanfaat bagi kita semua.[ki]