Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya


Kamis, 18 September 2014

Perang Pattimura Maluku dengan rempah-rempahnya memang bagaikan “mutiara dari timur”, yang senantiasa diburu oleh orang-orang Barat. Namun kekuasaan orangorang Barat telah merusak tata ekonomi dan pola perdagangan bebas yang telah usang berkembang di Nusantara. Pada masa pemerintahan Inggris di bawah Raffles keadaan Maluku relatif lebih hening alasannya yakni Inggris bersedia membayar hasil bumi rakyat Maluku. Kegiatan kerja rodi mulai dikurangi. Bahkan para pemuda
Maluku juga diberi kesempatan untuk bekerja pada dinas angkatan perang Inggris. Tetapi pada masa pernerintahan kolonial Hindia Belanda, keadaan kembali berubah. Kegiatan monopoli di Maluku kembali diperketat. Dengan demikian beban rakyat semakin berat. Sebab selain penyerahan wajib, masih juga harus dikenai kewajiban kerja paksa, penyerahan ikan asin, dendeng, dan kopi. Kalau ada penduduk yang melanggar akan ditindak tegas. Ditambah lagi terdengar desas desus bahwa para guru akan diberhentikan untuk penghematan, para cowok akan di kumpulkan untuk dijadikan tentara di luar Maluku, ditambah dengan perilaku angkuh Residen Saparua. Hal ini sangat mengecewakan rakyat Maluku.
Menanggapi kondisi yang demikian para tokoh dan cowok Maluku melaksanakan serangkaian pertemuan rahasia. Sebagai pola telah diadakan pertemuan belakang layar di Pulau Haruku, pulau yang dihuni orang-orang Islam. Selanjutnya pada tanggal 14 Mei 1817 di Pulau Saparua (pulau yang dihuni orang-orang Kristen) kembali diadakan pertemuan di sebuah daerah yang sering disebut dengan Hutan Kayuputih. Dalam banyak sekali pertemuan itu disimpulkan bahwa rakyat Maluku tidak ingin terus menderita di bawah keserakahan dan kekejaman Belanda. Oleh alasannya yakni itu, perlu mengadakan perlawanan untuk menentang kebijakan Belanda. Residen Saparua harus dibunuh. Sebagai pemimpin perlawanan dipercayakan kepada cowok yang berjulukan Thomas Matulessy yang lalu populer dengan gelarnya Pattimura. Thomas Matulessy pernah bekerja pada dinas angkatan perang Inggris.
Gerakan perlawanan dimulai dengan menghancurkan kapal-kapal Belanda di pelabuhan. Para pejuang Maluku lalu menuju Benteng Duurstede. Ternyata di benteng itu sudah berkumpul pasukan Belanda. Dengan demikian terjadilah pertempuran antara para pejuang Maluku melawan pasukan Belanda. Belanda waktu itu dipimpin oleh Residen van den Berg. Sementara dari para pejuang selain Pattimura juga tampil tokoh-tokoh menyerupai Christina Martha Tiahahu, Thomas Pattiwwail, dan Lucas Latumahina. Para pejuang Maluku dengan sekuat tenaga mengepung Benteng Duurstede, dan tidak begitu menghiraukan tembakan-tembakan meriam yang dimuntahkan oleh serdadu Belanda dari dalam benteng. Sementara senjata para pejuang Maluku masih sederhana menyerupai pedang dan keris. Dalam waktu yang hampir bersamaan para pejuang Maluku satu persatu sanggup memanjat dan masuk ke dalam benteng. Residen sanggup dibunuh dan Benteng Duurstede sanggup dikuasai oleh para pejuang Maluku. Jatuhnya Benteng Duurstede telah menambah semangat juang para cowok Maluku untuk terus berjuang melawan Belanda. Belanda lalu mendatangkan sumbangan dari Ambon. Datanglah 300 prajurit yang dipimpin oleh Mayor Beetjes. Pasukan ini kawal oleh dua kapal perang yakni Kapal Nassau dan Evertsen. Namun sumbangan ini sanggup digagalkan oleh pasukan Pattimura, bahkan Mayor Beetjes terbunuh. Kembali kemenangan ini semakin menggelorakan usaha para pejuang di banyak sekali daerah menyerupai di Seram, Hitu, Haruku, dan Larike. Selanjutnya Pattimura memusatkan perhatian untuk menyerang Benteng Zeelandia di Pulau Haruku. Melihat gelagat Pattimura itu maka pasukan Belanda di benteng ini diperkuat di bawah komandannya Groot. Patroli juga terus diperketat. Oleh alasannya yakni itu, Pattimura gagal menembus Benteng Zeelandia.
Upaya negosiasi mulai ditawarkan, tetapi tidak ada kesepakatan. Akhirnya Belanda mengerahkan semua kekuatannya termasuk sumbangan dari Batavia untuk merebut kembali Benteng Duurstede. Agustus 1817 Saparua diblokade, Benteng Duurstede dikepung disertai tembakan meriam yang bertubi-tubi. Satu persatu perlawanan di luar benteng sanggup dipatahkan. Daerah di kepulauan itu jatuh kembali ke tangan Belanda. Dalam kondisi yang demikian itu Pattimura memerintahkan pasukannya meloloskan diri dan meninggalkan daerah pertahanannya. Dengan demikian Benteng Duurstede berhasil dikuasai Belanda kembali. Pattimura dan pengikutnya terus melawan dengan gerilya. Tetapi pada bulan November beberapa pembantu Pattimura tertangkap menyerupai Kapitan Paulus Tiahahu (ayah Christina Martha Tiahahu) yang lalu dijatuhi sanksi mati. Mendengar tragedi ini Christina Martha Tahahu murka dan segera pergi ke hutan untuk bergerilya.

Belanda belum puas sebelum sanggup menangkap Pattimura. Bahkan Belanda mengumumkan kepada siapa saja yang sanggup menangkap Pattimura akan diberi hadiah 1.000 gulden. Setelah enam bulan memimpin perlawanan, jadinya Pattimura tertangkap. Tepat pada tanggal 16 Desember 1817 Pattimura dieksekusi gantung di alun-alun Kota Ambon. Christina Martha Tiahahu yang berusaha melanjutkan perang gerilya jadinya juga tertangkap. Ia tidak dieksekusi mati tetapi bersama 39 orang lainnya dibuang ke Jawa sebagai pekerja rodi. Di dalam kapal Christina Martha Tiahahu mogok tidak mau makan dan tidak mau buka mulut. Ia jatuh sakit dan jadinya meninggal pada tanggal 2 Januari 1818. Jenazahnya dibuang ke bahari antara Pulau Buru dan Pulau Tiga. Berakhirlah perlawanan Pattimura.[ki]